Palembang (ANTARA) - Sejumlah hotel di Kota Palembang, Sumatera Selatan, serentak memadamkan lampu dalam peringatan kampanye earth hour 60+ yang juga dilaksanakan serentak seluruh dunia setiap akhir Maret.
Pantauan di lapangan, Sabtu (30/5) malam, di salah satu hotel kawasan Jakabaring terlihat komunitas earth hour menyalakan lilin saat pemadaman berlangsung pukul 20.30 - 21.30 WIB.
"Earth hour pertama kali mulai sejak 2007 di Australia dan saat ini menjadi kampanye global yang diikuti 180 negara untuk mengajak penghematan energi listrik," ujar Koordinator Earth Hour Kota Palembang Igni Yudistira.
Menurutnya, earth hour kali ini mengangkat tema #iniaksiku sebagai penegasan jika aksi penghematan listrik sudah harus dilakukan semua orang seiring meningkatnya penggunaan listrik
Kota Palembang sendiri selalu melaksanakan aksi pemadaman listrik sebagai dukungan nyata menyelamatkan bumi dari pemanasan global akibat penggunaan 30 persen karbondioksida untuk pembangkitan listrik.
Listrik yang dihasilkan dari penggunaan fosil secara berlebihan akan mengancam bumi di masa depan sehingga masyarakat diingatkan untuk memanfaatkan listrik seperlunya saja.
Sementara Pejabat K3 Lingkungan Unit Induk Pembangunan Sumbagsel Yudi Fran Setiyadi mengatakan padamnya listrik hotel-hotel saat peringatan earth hour telah menurunkan 10 persen penggunaan listrik.
"Semoga kampanye seperti ini terus berlanjut di tengah semakin konsumtifnya masyarakat menggunakan energi listrik," jelas Yudi.
Saat ini kebutuhan listrik di Kota Palembang sudah surplus bahkan bisa mensuplai ke Lampung, namun masyarakat harus tetap berhemat karena listrik dihasilkan dari energi tidak terbarukan yang akan habis pada waktunya.
"Betul yang bayar listrik di rumah adalah masyarkat, tapi persoalannya bukan siapa yang bayar, melainkan kesadaran bahwa energi listrik ini suatu hari akan habis," ujar Yudi.
PLN sudah memiliki rencana inovasi energi listrik terbarukan, namun hal tersebut membutuhkan waktu tidak dalam waktu cepat, yang terpenting harus ada budaya berhemat listrik dari masyarakat dulu, kata dia.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019