Desa Buwun Sejati sengaja dipilih karena desa ini merupakan salah satu dari tiga desa selain Desa Sesaot dan Desa Pakuan, yang telah ditetapkan pemerintah pusat dan terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kawasan Sustainable Tourism Observatory (STO) atau Destinasi Pengamatan Pariwisata Berkelanjutan sejak 2016.
Di Indonesia hanya ada tiga daerah yang ditetapkan sebagai kawasan STO oleh Kementerian Pariwisata RI yaitu Lombok Barat, Sleman dan Pangandaran.
"Melalui kegiatan ini kita ingin memupuk rasa cinta dan memiliki kita terhadap hutan dan alam. Kemudian untuk nanti mudah-mudahan bisa menggugah rasa mencintai dan memelihara alam itu sendiri," kata Bupati Lombok Barat, H Fauzan Khalid sebelum melepas ribuan peserta di lapangan Desa Buwun Sejati melalui siaran persnya, Minggu.
Ribuan peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa, ASN, Polisi/ABRI, LSM, Komunitas dan masyarakat umum se-Pulau Lombok ini melintasi rute sejauh 8 kilometer.
Di rute ini para peserta melintasi hutan, persawahan, tegalan, bukit, dan sungai yang sarat dengan suguhan nuansa alam yang indah. Sebagai pengurang rasa lelah, para peserta juga dapat menikmati suguhan alam berupa air terjun "Tibu Atas".
Di akhir acara, panitia membagikan doorprize dengan berbagai hadiah menarik seperti sepeda gunung, dan lainnya. Momen ini menjadi yang paling ditunggu kebanyakan peserta.
"Letih tapi seru. Apalagi banyak hadiahnya. Jadi tambah semangat," ungkap Jani, siswa kelas 5 dari SDN 1 Sesaot.
Tidak sedikit juga peserta yang kembali ke garis finish membawa karung plastik berisi sampah sebagai kampanye Zero Waste.
Kegiatan forest tracking juga dirangkai dengan penanaman pohon di sekitar lapangan yang diawali bupati kemudian diikuti sekda, para pimpinan OPD lingkup Pemkab Lobar dan peserta.
Baca juga: Pemprov NTB tanam 45.840 bibit pohon di Rinjani
Baca juga: Perhutani Surakarta ajak remaja cinta hutan lewat sastra hijau
Baca juga: Ribuan orang akan aksi selamatkan Babakan Siliwangi
Pewarta: Antara
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019