"Ada kenaikan 54 persen dari 4.723 matrik ton (setara 858.000 tabung elpiji bright gas 5,5 kg) pada 2017 menjadi 7.294 matrik ton (setara 1.326.181 tabung elpiji bright gas 5,5 kg) untuk tahun 2018," kata Supervisor Communication dan Relation Pertamina MOR IV Arya Yusa Dwicandra di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, tren tersebut memang meningkat setiap tahunnya dimana pada tahun 2016 ke 2017 juga terjadi peningkatan konsumusi elpiji nonsubsidi sebesar 179 persen yaitu dari sebanyak 1.695 matrik ton menjadi 4.723 matrik ton.
Menurut dia, tren peningkatan konsumsi elpiji nonsubsudi itu karena seperti bright gas 5,5 kg saat ini digemari oleh masyarakat karena fitur keamanan berkatup ganda (double spindle valve system) dan warnanya yang menarik.
"Selain itu, dengan tersedianya ukuran bright gas 5,5 kilogram sangat memudahkan para kaum wanita untuk membawa tabung tersebut," katanya.
Menurut dia, peningkatan konsumsi elpiji terjadi di setiap daerah wilayah DIY, misalnya Kabupaten Bantul, tahun 2016 ke 2017 meningkat 269 persen (151 matrik ton ke 558 matrik ton). Tahun 2017 ke 2018 meningkat 67 persen (558 matrik ton ke 931 matrik ton).
Kemudian di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2016 ke 2017 mengalami peningkatan 185 persen (sebanyak 214 matrik ton ke 609 matrik ton). Kemudian tahun 2017 ke 2018 meningkat 41 persen (609 matrik ton ke 861 matrik ton).
Sedangkan Kabupaten Sleman dari tahun 2016 ke 2017 meningkat 340 persen (246 matrik ton ke 1.083 matrik ton). Sementara tahun 2017 ke 2018 meningkat 93 persen (1.083 matrik ton ke 2.092 matrik ton).
"Kemudian Kota Yogyakarta tahun 2016 ke 2017 meningkat 128 persen (1.084 matrik ton ke 2.474 matrik ton). Sementara tahun 2017 ke 2018 meningkat 38 persen (2.474 matrik ton ke 3.409 matrik ton)," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019