Bogor (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, dirinya siap menyatakan perang jika ada negara yang mengganggu kedaulatan negara kesatuan RI (NKRI).
"Selain Presiden, saya juga Panglima Tertinggi TNI. Jadi tidak mungkin satu jengkal pun negeri ini kita biarkan lepas," kata Presiden saat membuka Munas VIII Generasi Muda Forum Komunikasi Putra-putri Purnawirawan dan Putra-putri TNI Polri (FKPPI) di Caringin, Bogor, Senin.
Menurut Presiden, banyak yang menilai dirinya terlalu baik dengan negara lain, sehingga dikhawatirkan Indonesia bisa kehilangan kedaulatannya.
Namun Presiden menyanggah hal itu, karena dirinya telah bersumpah sejak mengabdi di TNI untuk menjaga kedaulatan RI.
Untuk menjaga kedaulatan itu, lanjutnya, bisa dengan berbagai cara seperti dengan negosiasi. Namun jika negosiasi juga tidak berhasil, maka harus diselesaikan dengan jalan perang.
"Kalau untuk mempertahankan negara harus dengan perang, saya siap perang. Tetapi itu cara terakhir setelah kita mencari yang lain," katanya.
Untuk memutuskan sebuah perang harus dipertimbangkan berbagai langkah lain, seperti biaya dari perang tersebut di saat pemerintah masih membutuhkan dana yang besar untuk membangun kesejahteraan masyarakat.
"Tetapi manakala tidak ada cara lain, tidak hanya kasus Ambalat, tentu akan kita lakukan perang. Ini bukan militerisme, tetapi militer kita harus diperkuat supaya kita tak dilecehkan negara lain," katanya.
Dalam kesempatan itu Presiden juga mengatakan hubungan luar negeri Indonesia tetap dijalankan dengan prinsip bebas dan aktif, dengan berusaha memanfaatkan keuntungan dan kepentingan nasional.
"Kita tidak boleh didikte oleh negara lain dalam konteks hubungan nasional negara lain," katanya.
Hadir dalam kesempatan itu Menneg Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Daud, Menneg Perencanaan Pembangunan Nasional Paskah Suzeta dan Menhut MS Kaban. (*)
Copyright © ANTARA 2007