Kalau diplomasi kita hanya jadi 'nice guy', ya begitu-begitu saja

Jakarta (ANTARA) - Calon presiden (capres) Indonesia nomor urut 02 Prabowo Subianto, dalam sesi Debat Keempat Pilpres 2019 terkait topik hubungan internasional, menekankan bahwa inti dari diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia harus ditujukan untuk mempertahankan kepentingan nasional.

"Diplomasi harus menjadi bagian upaya mempertahankan kepentingan nasional suatu negara, itu intinya," kata Prabowo dalam debat capres yang berlangsung di Hotel Shangri-La di Jakarta, Sabtu.

Debat Keempat Pilpres 2019 mengangkat tema "Ideologi, Pemerintahan, Pertahanan dan Keamanan, Hubungan Internasional".

Pada kesempatan itu, Prabowo juga mengkritisi peran dan diplomasi Indonesia di kancah internasional yang dilakukan oleh pemerintah RI saat ini.

"Jadi diplomasi adalah untuk memajukan kepentingan nasional sebuah negara melalui jalan perundingan dan jalan pertukaran diplomasi, tetapi diplomasi tidak bisa hanya dengan menjadi mediator (di dunia internasional). Itu penting, tetapi ujungnya diplomasi harus mempertahankan kepentingan nasional suatu negara," ujar dia.

Pernyataan Prabowo itu ditujukan untuk mengkritisi berbagai capaian diplomasi Indonesia yang disampaikan oleh Capres nomor urut 01 Joko Widodo, yang menyebutkan bahwa Indonesia seringkali menjadi penengah atau mediator dalam proses perdamaian dan penanganan konflik di berbagai negara, seperti di Afghanistan dan Myanmar.

Dia pun kembali menekankan bahwa diplomasi Indonesia harus realistis dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional sebagai intinya.

"Jadi, saya realistis bahwa hubungan antarnegara tentu tiap negara harus mempertahankan kepentingan nasionalnya, ada yang disebut dengan 'the core of diplomcay is national interest' (inti dari diplomasi adalah kepentingan nasional). Kalau diplomasi kita hanya jadi 'nice guy', ya begitu-begitu saja," ujar Prabowo.

Baca juga: Pengamat ingatkan diplomasi internasional perlu ditingkatkan
Baca juga: Capres bersaing dengan warisan diplomasi Presiden SBY


Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019