Singapura (ANTARA News) - Harga minyak menembus 93 dolar AS per barel di perdagangan Asia, Senin, ketika ketegangan di Timur Tengah terus menghantui para investor, kata para pelaku pasar. Harga minyak produksi Amerika Serikat (AS) naik lebih dari 1 dolar sehingga melampaui 93 dolar AS per barel untuk pertama kalinya, didorong pula oleh berita terhentinya seperlima produksi minyak Meksiko, melemahnya kurs dolar serta ketegangan geopolitik. Harga minyak mencatat rekor tertinggi ketiga kalinya. Sebelumnya pada akhir pekan lalu, harga minyak mentah melapaui 91 dolar AS per barel. Peningkatan harga dipicu oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah menyusul ancaman serangan militer Turki atas pemberontak Kurdi di perbatasan Irak-Turki dan sanksi baru AS atas Iran. Kenaikan harga juga didorong oleh peningkatan ketegangan geopolitik dan perkembangan pasar, kata Commonwealth Bank Australia dalam komentar pasarnya. "AS mengumumkan bahwa negara itu akan menerapkan sanksi baru kepada Iran," katanya. "Pasar minyak juga terus memonitor perkembangan atas ketegangan antara Turki dengan pemberontak Kurdi di Irak," katanya, seperti dilaporkan AFP. Pada Kamis pekan lalu, para pemimpin Turki meningkatkan ancamannya untuk mengambil aksi militer kepada separatis Kurdi yang berada di Irak utara. Banyak ladang minyak Irak berlokasi di wilayah utara dan setiap konflik yang muncul dengan Turki akan segera berdampak pada pasokan minyak, kata para analis. Commonwealth mengatakan, pasar juga bereaksi atas penurunan tajam cadangan energi AS pekan lalu di mana saat ini menjelang musim dingin di belahan bumi utara, yang biasanya akan meningkatkan permintaan bahan bakar pemanas. Pasokan energi AS menjadi perhatian utama pasar mengingat AS adalah konsumen energi terbesar di dunia. (*)

Copyright © ANTARA 2007