Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Senin pagi naik tajam hingga melewati angka Rp9.100 per dolar AS, karena pelaku pasar berspekulasi membeli rupiah ketimbang dolar AS.
Nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp9.096/9.099 dibanding akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.122/9.144 per dolar AS atau naik 26 poin.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan Senin, pelaku pasar membeli rupiah, karena melihat dolar AS di pasar regional melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia terutama terhadap euro.
Menguatnya rupiah juga didukung oleh membaiknya pasar regional, akibat menguatnya harga minyak mentah dunia memicu sejumlah saham energi meningkat, katanya.
Selain itu, pelaku pasar saat ini mempunyai kecenderungan bahwa bank sentral AS (The Fed) akan kembali menurunkan tingkat suku bunga Fedfund untuk memicu pertumbuhan ekonominya.
Para pelaku pasar optimis The Fed akan menurunkan suku bunganya pekan ini setelah melakukan pertemuan dua hari yang akan berlangsung Selasa.
Dolar AS melemah hingga mencapai angka terendah terhadap euro yakni 1,4426 dari sebelumnya 1,4405 dan terhadap yen menjadi 114,20, akibat pelaku pasar melepas dolar AS.
Pelaku pasar negatif terhadap dolar AS, selain tidak ada faktor baru juga data indikator ekonomi AS cenderung negatif. Menurut Kastaman, rupiah pada penutupan pasar nanti diperkirakan akan bergerak naik lagi, karena sentimen pasar masih positif terutama menjelang pertemuan The Fed.
Apabila hasil pertemuan itu positif The Fed akan menurunkan suku bunganya, maka rupiah akan terus menguat hingga mendekati level Rp9.000 per dolar AS, katanya.
Ia mengatakan apabila sore nanti ada faktor baru yang mendukung pergerakan rupiah, diperkirakan mata uang lokal akan menguat tajam, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007