Padang (ANTARA) - Sambil menahan perasaan sedih bercampur kecewa, I Wayan Budi Sutomo menyampaikan curahan isi hatinya mengenai masih buruknya perlakuan sebagian masyarakat terhadap pohon.
Ia melihat masih banyak orang belum peduli atau tidak memahami bagaimana seharusnya memperlakukan pohon, yang merupakan penopang kehidupan, tidak hanya masa sekarang, tapi juga untuk masa depan.
"Saya melihat ada yang melempar begitu saja bibit pohon saat dinaikkan ke atas truk, atau menanam bibit begitu saja tanpa melepas lebih dulu plastik kemasannya," kata pria keturunan Bali-Jawa itu.
Wayan menyampaikan keluh kesahnya kepada Ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo, yang pada Jumat (29/3) mengunjungi Pantai Kota Padang usai memimpin rapat mengenai migitasi tsunami dan meninjau penanaman pohon di pesisir pantai Sumatera Barat bersama Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit.
Dengan suara bergetar, Wayan mengatakan bahwa bibit pohon harus diperlakukan seperti bayi karena bibit-bibit pohon itu juga memerlukan perawatan dan kasih sayang.
"Perlakukanlah bibit dan pohon seperti anak kita sendiri, dirawat dan diperlakukan dengan baik agar bisa tumbuh dan berkembang secara sempurna," kata Wayan, Ketua Harian Peguyuban Budiasi di Sentul, Jawa Barat.
Peguyuban Budiasi adalah lembaga nirlaba yang setiap tahun menyediakan berbagai jenis bibit pohon secara gratis untuk kebutuhan penghijauan bagi seluruh lapisan masyarakat di berbagai wilayah di Tanah Air.
Wayan pun mendapat tugas dari Ketua BNPB Doni Monardo untuk melakukan pendampingan kepada panitia lokal dalam menjalankan program penanaman sejuta pohon di sepanjang bibir pantai Sumatera Barat.
Sampai sekarang sudah ada sekitar 3.000 pohon cemara udang yang ditanam di Pantai Padang. Penanaman pohon nantinya akan diperluas ke beberapa daerah pesisir lain di Kabupaten Agam, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kabupaten Pasaman Barat, dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Selain cemara udang, bibit pohon lain yang disiapkan antara lain mangrove dan pule.
Doni mengatakan Program Hutan Pantai untuk migitasi tsunami di pesisir Sumatera Barat diharapkan bisa menjadi contoh bagi kawasan pesisir pantai yang rawan tsunami di seluruh Tanah Air.
Belajar dari gempa dan tsunami yang melanda Jepang pada Maret 2011, pembangunan tanggul laut ternyata tidak cukup tangguh untuk menahan hantaman gelombang laut. Hutan pantai yang tumbuh alami justru lebih efektif menjalankan fungsi sebagai penahan gelombang dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengembangkan dan merawatnya lebih murah.
Akibat Ekploitasi
Daerah Sumatera Barat selain rentan mengalami bencana gempa bumi, tsunami dan tanah longsor (galodo), sekarang juga menghadapi masalah pencemaran. Danau Maninjau dan Danau Singkarak airnya kini tercemar.
Kementerian Lingkungan Hidup memasukkan Danau Maninjau dan Danau Singkarak dalam daftar 15 danau di Tanah Air yang "sakit parah" dan harus segera diselamatkan dari pencemaran.
Hampir setiap tahun petani keramba jaring apung di Danau Maninjau merugi hingga miliaran rupiah karena ratusan ton ikan yang mati mendadak akibat keracunan. Kejadian tersebut terus berulang dan sampai sekarang.
Penyebabnya tidak lain jumlah keramba yang sudah melebihi daya tampung. Sejak diperkenalkan pada 1995, budidaya ikan menggunakan keramba jaring apung telah menarik minat banyak warga sekitar danau.
"Saat ini terdapat lebih dari 17.000 keramba di Danau Maninjau, jauh melebih kapasitas yang hanya sekitar 6.000 keramba," kata Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit.
Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai kondisi lingkungan yang baik membuat kondisi dan kualitas danau semakin tercemar parah, membuat wisatawan pun enggan berkunjung, berbeda dengan kondisi pada 1980-an ketika air danau masih jernih dan menjadi tempat favorit untuk berwisata.
Jumlah keramba jaring apung yang berlebih membuat bahan pencemar organik dari sisa pakan dan kotoran ikan menumpuk. Sifat danau Maninjau, yang merupakan hasil bentukan aktivitas tektonik sehingga punya endapan belerang tinggi, memperparah keadaan.
Kondisi danau itu Doni prihatin dan menyatakan kesiapan untuk mendukung pelaksanaan program konservasi serta penanaman pohon.
Ia mengatakan bahwa mempertahankan keseimbangan alam merupakan kunci untuk menjaga keselarasan kehidupan manusia dengan lingkungan. Alam akan memberikan kehidupan yang lebih jika dijaga dengan baik dan tidak dieksploitasi secara berlebihan.
"Kita jaga alam, alam akan jaga kita," kata jendral bintang tiga itu.
Baca juga:
Kerusakan mangrove rapuhkan pertahanan pesisir dari perubahan iklim
Kodim Agam tanam 50 ribu bibit pohon minimalkan dampak bencana
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019