Jakarta (ANTARA News) - Premi asuransi kesehatan bagi peserta program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin) sebesar Rp5 ribu per jiwa per bulan dinilai tidak lagi memadai, oleh karena itu pemerintah diharapkan meningkatkan besaran premi untuk peserta program tersebut. "Kami sudah mencoba menghitung. Program ini kan mulai 2005 dengan premi Rp5 ribu per jiwa per bulan, tapi sejak 2006 pemanfaatannya makin tinggi dan berdasarkan pemanfaatan Askeskin tahun 2007 kebutuhan preminya sekitar Rp7.200 per orang per bulan," kata Direktur Operasional PT Asuransi Kesehatan (Askes) I Gede Subawa ketika dihubungi ANTARA News dari Jakarta, Minggu. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI), lanjutnya, kebutuhan standar premi Askeskin bahkan lebih besar lagi, yakni Rp10.800 per jiwa per bulan. Akibat kurang memadainya premi asuransi bagi peserta Askeskin tersebut, menurut Manajer Hubungan Masyarakat PT Askes Tavip Hermansyah, pembayaran klaim Askeskin rumah sakit sering terlambat sehingga kelancaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin terganggu. "Tapi dalam hal ini kita tidak bisa minta dinaikkan karena itu kewenangan Departemen Kesehatan, anggarannya dari DIPA Departemen Kesehatan. Kami hanya bisa memberi rekomendasi," kata Gede. Sebagai mitra pemerintah dalam penyelenggaraan program Askeskin, Gede melanjutkan, saat ini pihaknya juga belum mengajukan rekomendasi tersebut secara resmi kepada pemerintah. Ia menambahkan, kalau pun diterima rekomendasi itu juga baru bisa diterapkan untuk penyelenggaraan Askeskin Tahun 2009-2010 karena alokasi anggaran Askeskin Tahun 2008 sudah dalam proses penghitungan. Berkenaan dengan hal itu anggota Komisi IX DPR RI dr.Hakim Sorimuda Pohan,SpOG mengatakan kemampuan pendanaan pemerintah hingga kini masih terbatas sehingga kemungkinan tidak bisa meningkatkan alokasi anggaran dalam jumlah besar untuk Askeskin. "Lagi pula, percuma saja ditambah kalau mekanismenya masih seperti ini. Pemanfaatannya tidak akan efisien karena semua dipusatkan ke rumah sakit," kata Hakim. Menurut dia, dalam pelaksanaan Askeskin selanjutnya pemerintah harus memperbaiki mekanisme penyelenggaraan Askeskin dengan mengoptimalkan pelayanan Askeskin di Puskesmas. "Selama ini semua orang berbondong-bondong ke rumah sakit sehingga biayanya membengkak, padahal tidak semua jenis penyakit harus diobati di rumah sakit. Banyak yang bisa dilayani di Puskesmas dan itu lebih ringan biayanya," katanya. Tahun 2006, dengan jumlah peserta 66 juta orang, anggaran yang dialokasikan untuk penyelenggaraan Askeskin senilai Rp3,6 triliun sedangkan untuk tahun 2007, dengan jumlah peserta 76,4 juta jiwa, dana yang semula dialokasikan untuk pembiayaan pelayanan Askeskin di rumah sakit justru turun menjadi Rp1,7 triliun. Alokasi dana Askeskin di rumah sakit Tahun 2007 tersebut kemudian ditambah Rp1,7 triliun karena jumlahnya ternyata tidak cukup untuk membiayai pelaksanaan program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin tersebut.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007