Kediri (ANTARA) - Budi daya tanaman yang potnya dihias menggunakan teknik "kokedama" di Kediri, Jawa Timur, semakin diminati warga, karena hiasannya yang menarik.

Rahman, salah seorang warga Kediri, mengaku sangat menyukai tanaman. Ia juga suka bereksperimen tentang berbagai macam model hiasan tanaman, termasuk membuat pot bunga. Ia tertarik dengan teknik kokedama, yakni seperti bot bunga yang dibentuk dari bola tanah, ditutupi lumut, tempat tanaman hias tumbuh.

"Saya suka dengan tanaman dan suka uji coba berbagai model hiasan. Misalnya dengan teknik kokedama ini, saya mencoba bereksperimen dengan benang dari karung goni," katanya di Kediri, Jumat.

Ia mengungkapkan, dari uji coba yang telah dilakukannya, ternyata benang dari karung goni juga menarik. Namun, ternyata daya tahan dari benang karung goni tidak lama, sekitar satu bulan, sebab setelahnya muncul jamur. Jika dibiarkan, hal itu bisa membuat tanaman menjadi cepat busuk.

Rahman juga mengungkapkan, tanaman hias yang dihias dengan teknik "kokedama" ini juga bisa berbagai macam bunga bahkan untuk tanaman keras juga bisa. Hal itu juga tergantung dari model dan cara menghiasnya.

Untuk awal, Rahman menyebut tanah yang telah diambil harus dibersihkan dari berbagai sampah dan kerikil. Lalu, tanah dicampur dengan sedikit air, diuleni seperti membuat roti dan setelah liat tanah dibentuk menyerupai bola.

Bola tanah itu, kata dia, juga tidak boleh terlalu lembek atau kebanyakan air, sebab akan mengurangi tingkat keseimbangan. Setelah dirasa cukup, bola tanah dibelah menjadi dua, di bagian tengahnya diberi bunga. Lalu, belahan dari tanah direkatkan kembali, dibungkus dengan menggunakan serat dari sabut kelapa.

Rahman mengungkapkan, serat tersebut berfungsi untuk menutup bola tanah agar semakin kokoh dan membuat air tidak cepat menetes saat dicelupkan untuk disirami.

"Jadi, setelah bola tanah diberi serat lalu ditali dengan benang dari karung goni. Setelahnya dicelupkan ke air sekitar satu menit agar meresap. Sesudahnya bisa digantung atau ditaruh ke tempat yang diinginkan," kata dia.

Ia menyebut, saat ini sedang berupaya mencoba menggunakan serat nanas, karena dinilai lebih tahan terhadap jamur. Selain itu, juga terdapat benang lain dengan berbagai macam warna, namun harganya juga relatif lebih mahal.

Sesuai dengan namanya, seharusnya menggunakan lumut, namun karena harganya mahal, sehingga dibungkus dengan benang.

Rahman mengungkapkan, banyak temannya yang tertarik dengan teknik ini, karena hiasannya yang unik dan bisa dijadikan sebagai aksesori termasuk di meja kerja. Ia juga tidak sungkan memberikan ilmunya kepada rekan yang ingin belajar.

Ia juga mengatakan, selama ini banyak tanaman hias ukuran kecil yang dibuat hiasan dengan teknik tersebut. Namun, sebenarnya bukan hanya tanaman ukuran kecil, melainkan ukuran besar juga bisa. Untuk tanaman ukuran besar, bisa menggunakan media pot yang juga dihias dengan tali.

"Kalau pot tantangannya bagaimana di bagian tengah itu juga tetap rapi dan menarik. Jadi, karena ukuran besar, yang dihias adalah bagian pot bunganya, dibentuk hingga menyerupai bola. Jadi, itu sesuai dengan namanya 'kokedama', yang berbentuk bulat hiasan," kata dia.

Dirinya juga menyebut, usaha ini sebenarnya sangat menarik. Bahkan, harganya juga relatif mahal. Misalnya di Kota Batu, dari modal sederhana saja bisa dijual hingga puluhan ribu per bunga "kokedama". Terlebih lagi, jika dibuat dengan hiasan dan warna lebih menarik, harganya bisa mahal.

Rahman juga mengaku di rumah dirinya juga senang menghias pot bunga dengan tali. Awalnya, hiasan itu hanya untuk kesenangan saja, tapi ada rekan yang berminat sehingga ia berikan untuk dijual. "Biasanya itu untuk hiasan bunga anggrek. Tapi, aneka bunga lainnya juga bisa," kata dia.

Sementara itu, Rini, salah seorang warga asal Kota Kediri mengaku awalnya dirinya belum tahu membuat hiasan bunga dengan teknik kokedama ini. Ketika diberitahu suaminya, dirinya langsung bersemangat dan mau belajar.

"Saya suka membuat berbagai macam kerajinan, hiasan. Bunga ini menjadi lebih menarik, bisa dipajang di berbagai tempat," kata Rini.*


Baca juga: Sampah popok bayi sebagai media tanaman hias wakili Yogyakarta

Baca juga: Anggrek dan tanaman hias lainnya masih jadi buruan

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019