Jakarta (ANTARA) - Beberapa penyintas Tuberkulosis (Tb) yang hadir pada diskusi yang diadakan Dompet Dhuafa menceritakan kerap mendapatkan perlakuan diskriminatif dari keluarga sendiri maupun lingkungan.
"Kalau melihat plafon di rumah, seperti ada yang memanggil untuk gantung diri," kata Bambang Ismaya berdasarkan siaran pers dari Dompet Dhuafa yang diterima di Jakarta, Jumat.
Bambang sebelumnya merupakan penderita Tb kebal antibiotik sejak 2014. Pada 2016, saat sedang menjalani pengobatan, Bambang sempat terpikir untuk bunuh diri karena diskriminasi yang dialami.
"Keluarga menuduh saya malas. Padahal obat Tb membuat lemas sampai seharian dan pengobatannya harus setiap hari," tutur Bambang yang dinyatakan sembuh pada 2016.
Hal serupa disampaikan Dinsar Manik, penyintas Tb lainnya yang kini aktif di komunitas Pejuang Tangguh (Peta) yang dimotori para penyintas Tb untuk mendampingi pengobatan pasien Tb.
"Salah satu stigma dan diskriminasi yang dialami penderita Tb misalnya pemecatan secara halur dari perusahaan tempat dia bekerja," katanya.
General Manager Divisi Kesehatan Dompet Dhuafa Rosita Rivai mengatakan penuntasan kasus Tb juga harus menuntaskan masalah-masalah yang menghalangi pengobatan seperti stigma dan diskriminasi.
"Tb berbahaya tetapi bisa diobati. Penyakit yang justru lebih berbahaya adalah diskriminasi dan stigma yang jelas-jelas bisa membunuh dan tidak ada obatnya," tuturnya.
Rosita mengatakan Tb merupakan penyakit yang dapat diobati dan dapat dicegah. Penuntasan masalah Tb bisa dilakukan dari diri sendiri dan dukungan keluarga dan lingkungan.
Dompet Dhuafa mengadakan sebuah diskusi bertajuk "Meeting, Sharing, and Collaborating for Eliminating Tb 2030".
Sejak 2004 Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa mengelola program Tb di 14 kabupaten/kota, antara lain Jakarta, Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor, Kabupaten Bandung, Kabupaten Magelang, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sumenep, Kota Palembang, Kota Makassar, dan Kota Jayapura.
Upaya tersebut semakin diperkuat dengan sinergi dan kerja sama kemitraan serta kampanye kepedulian Tb pada Maret 2019 yang melalui Hari Tuberkulosis Sedunia.
Pada 2019, tema Hari Tuberkulosis Sedunia di Indonesia adalah "Saatnya Indonesia bebas Tb, Mulai dari Saya", sesuai dengan tema Hari Tuberkulosis Sedunia, yaitu "Its Me".
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019