Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan harga minyak dunia diperkirakan dapat mempengaruhi minat investasi di Indonesia selama semester kedua tahun depan (2008). "Mungkin akan tidak akan mempengaruhi pada semester pertama tahun depan. Tapi kalau harga naik terus, investasi 2008 akan terpengaruh," kata Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) M. Lutfi di Jakarta, akhir pekan ini. Apalagi, lanjut dia, tren investasi memang menurun pada 2008 sesuai pola tahunan. "Kalau 2005 baik, 2006 hanya 76 persen dari 2005. Sekarang (2007) baik, jadi tahun depan bisa jadi kurang dari sebelumnya. Memang sequence-nya," jelas Lutfi. Menurut Lutfi, kenaikan harga minyak bumi satu dolar saja akan sangat mempengaruhi biaya produksi dan daya saing Indonesia sebagai negara tujuan investasi. "Tiap kenaikan 1 dolar AS (minyak mentah), pengaruhnya besar. Tapi, Indonesia masih sangat kompetitif karena sedang memperbaiki value chain komoditi primer kita," tambahnya. Lutfi memperkirakan persetujuan dan realisasi investasi 2007 akan lebih baik dibanding 2006. "Kira-kira tahun ini realisasinya mendekati 14 miliar dolar AS," ujarnya. Hingga September, persetujuan investasi telah mencapai 48 miliar dolar AS sedangkan realisasinya sekitar 11 miliar dolar AS. Pada 2008, ditargetkan pertumbuhan investasi sekitar 15 persen atau target realisasi sebesar 15,5 miliar dolar AS. "Pertumbuhan 6 bulan pertama tidak masalah, tapi mungkin yang diawasi pada enam bulan berikutnya," tegasnya. Sementara itu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan pemerintah akan mengantisipasi dampak kenaikan harga minyak mentah yang melampaui 90 dolar AS per barel terhadap berbagai hal termasuk kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO). "Tim teknis masih melakukan koordinasi, di level menteri juga kelihatannya dalam waktu dekat akan mengevaluasi kenaikan harga minyak mentah pada CPO," katanya. Menurut dia, pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia masih tinggi serta masih menarik bagi investor. Perlambatan pertumbuhan ekonomi, lanjut dia, akan lebih terasa di negara maju. "Mungkin lebih berdampak pada negara maju, tapi Asia pertumbuhannya masih tinggi dan perubahan struktur di kawasan ini masih mendorong investasi," ujarnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007