Jakarta (ANTARA News) - Peringatan 79 Tahun Hari Sumpah Pemuda yang digelar di Museum Sumpah Pemuda, Jalan Kramat Raya Nomor 106 Jakarta Pusat, Minggu, terasa sangat berkesan bagi tokoh muda Saifullah Yusuf (43), karena pada saat itulah untuk kali pertama sepanjang hidupnya ia dipercaya memimpin doa. Meski terlahir dari keluarga pesantren dan akrab dengan pelajaran agama sejak kecil, keponakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu mengaku belum pernah menjalani tugas memimpin doa, apalagi di acara resmi. Karena itu, ia mengaku agak grogi ketika Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault memintanya memimpin doa pada peringatan Hari Sumpah Pemuda. Sebagai tokoh pemuda dan tokoh politik, mungkin tugas menyampaikan pidato atau orasi akan jauh lebih mudah baginya. Bahkan, Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor yang pernah menduduki jabatan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal di Kabinet Indonesia Bersatu itu merasa lebih mudah memimpin organisasi daripada memimpin doa. "Kalau memimpin organisasi saya sudah biasa. Saya kini memimpin Ansor untuk periode kedua. Tetapi untuk memimpin doa, sepanjang hidup baru kali ini saya lakukan. Jadi kalau terasa kurang lancar, ya harap maklum," kata mantan Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa itu sambil tertawa. Namun, penampilan sosok yang oleh Ketua Umum Partai Bulan Bintang, MS Kaban, disebut sebagai The Rising Star itu dalam memimpin doa ternyata tidak mengecewakan. Tak kurang anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Yuddy Chrisnandi dan Rektor Universitas Paramadina Dr Anies Baswedan pun memujinya. "Maka lapangkanlah pikiran kami, ya Allah, agar kami tidak tercerai berai oleh mereka yang sempit pikir dan mementingkan diri sendiri dalam situasi kesulitan hari ini, agar kekuasaan tidak membutakan hati kami dan menjadikan kami zalim terhadap yang lemah di antara kami." Itulah sebagian kalimat doa yang meluncur dari bibir Saifullah Yusuf. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007