Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Eksekutif Menteri Negara Perencanaan Pembangunan (Meneng PPN) Syahrial Loetan mengatakan, ada dua alternatif untuk mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di dalam negeri bila harga minyak terus melonjak. "Bila pada semester dua harga minyak tetap tinggi seperti ini, ada dua alternatif dapat dilakukan. Pertama, harus menerapkan efisiensi yang tinggi dan misalnya dengan uang yang sama bisa mendapatkan jumlah barang yang lebih atau barang yang sama dengan uang yang lebih kecil dengan pertimbangan bahwa harga saat ini makin kompetitif," kata Syahrial dalam wawancara pada akhir pekan ini di Jakarta. Apabila pemerintah menyediakan dana seharga seratus rupiah misalnya tetapi mampu mendapatkan barang dengan harga tujuh puluh rupiah, maka pemerintah bisa menghemat tiga puluh rupiah. Dengan demikian menurut dia, pemerintah bisa mendapatkan tabungan dari selisih harga tersebut. "Tabungan-tabungan ini yang bisa masuk ke kas negara untuk dipakai sebagai kompensasi harga minyak yang tinggi," katanya. Menurutnya, alternatif kedua yang dapat ditempuh adalah mengurangi target-target pembiayaan tertentu. "Kalau tabungan belum bisa menutupi maka akan ada yang dipotong, kalau target dipotong nanti pasti ada implikasi yang jelas," tegasnya. Ia mengumpamakan seperti keinginan membangun jalan sepanjang 100 kilometer yang berubah menjadi 80 kilometer atau mengurangi jumlah desa yang akan dibangun jalannya. Sampai dengan saat ini, pihaknya optimis bahwa kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini sifatnya sementara. Hal tersebut, menurut dia, terkait dengan meningkatnya permintaan di negara-negara Barat karena musim dingin yang sedang berlangsung, serta terjadinya konflik di Timur Tengah. "Kenaikan ini kan karena geopolitik ribut-ribut di Timur Tengah, tetapi kalau keadaan sudah tenang mudah-mudahan harga itu turun, kita nggak ada yang bisa prediksi, minyak itu memamng makin sedikit kok di seluruh dunia," katanya. Untuk itu, ia mengatakan bahwa asumsi makro yang dibuat dalam RAPBN 2008 merupakan asumsi secara keseluruhan dalam satu periode. "Kalau minyak, memang untuk 2008 kita mengasumsikan bukan di satu titik tetapi di satu periode, kalau terjadi seratus dolar dalam satu titik itu kan tidak bisa dijadikan patokan bahwa kita jadi menderita. Ya mungkin seratus dolar per barel, mungkin 80 dolar, 60 dolar," katanya. Saat ini, Indonesia mengekspor minyak mentah dan mengimpor minyak dalam bentuk jadi (BBM), sehingga kenaikan harga minyak dunia juga berpengaruh kepada harga BBM. Saat ini pemerintah memberikan subsidi harga untuk beberapa BBM bersubsidi seperti bensin (premium), dan minyak tanah. Apabila harga minyak dunia naik, hal itu akan memicu meningkatnya subsidi yang diberikan agar harga BBM domestik yang tidak ikut naik. Dalam RAPBN 2008 yang disepakati Panitia Anggaran DPR RI subsidi BBM sebesar Rp42,085 triliun dengan volume volume BBM jenis premium bersubsidi adalah 16,95 juta kiloliter, volume minyak tanah yang disubsidi 7,886 juta kiloliter, dan volume solar bersubsidi 11 juta kiloliter. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007