Jakarta (ANTARA News) - Hari Sumpah Pemuda ke-79 tahun 2007 mengingatkan kepada seluruh Rakyat akan nilai kesadaran berbangsa yakni Indonesia adalah negara yang plural dan majemuk, sehingga sangatlah tidak beralasan kalau ada yang mengkotak-kotakan bangsa dari sudut agama, suku, golongan dan pilihan partai politik, kata Ketua Umum DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Hasanuddin Yusuf. "Untuk itu, KNPI meminta seluruh rakyat Indonesia khususnya para pemuda agar memahami dan melaksanakan kesadaran berbangsa yaitu satu tanah air, satu bangsa dan satu bahahas Indonesia dengan menjunjung tinggi falsafah Bhineka Tunggal Ika," katanya dalam memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-79 di Jakarta, Minggu. Hasanuddin menyatakan, sejarah kelahiran KNPI yg merupakan sebuah wadah berhimpun dari sedikitnya 70 organisasi kepemudaan (OKP) yang dari tahun ketahun selalu bertambah anggotaannya, sesungguhnya adalah cerminan keanekaragaman yang ada di dalam NKRI. "Jadi tidak salah bila KNPI disebut Miniatur Indonesia, dan kader-kadernya serta alumni KNPI seharusnya menjadi kader-kader yang berwawasan Kebangsaan bukan berpandangan sempit. Masuk dan menjadi pengurus di KNPI itu adalah harus "siap berbeda"," ujarnya. Namun kenyataannya, kata Hasanuddin, sering terlihat masih ada kader KNPI yang belum siap untuk berbeda pandangan. Konflik kepentingan diantara orang-orang muda saat ini masih nampak sebagai bentuk sikap pragmatisme politik yang sasarannya hanya kepentingan jangka pendek. Menurut Hasanuddin, untuk mengubah sikap pragmatisme, maka perlu ditanamkan karakter bangsa khususnya di KNPI untuk masa mendatang, yakni kesadaran akan sebuah negara yang plural (majemuk) haruslah selalu di implementasikan dalam kehidupan berbangsa dengan mengambil nilai luhur yang terkandung kelima sila dalam Pancasila. "Sikap pragmatisme dalam setiap kehidupan berbangsa, harus diubah dalam bentuk konsolidasi sebuah organisasi, sehingga muncul kader muda yang potensial dan mempunyai visi dalam menghadapi tantangan jaman," katanya. Dia menegaskan, KNPI kini tidak lagi mendapatkan anggaran dari APBN, sehingga KNPI baik di pusat maupun daerah harus banyak melakukan kegiatan yang menyentuh pada aspek kehidupan masyarakat khususnya pemberdayaan pemuda di sektor ekonomi. Dicontohkannya, kegiatan pemberian bantuan kredit kewirausahaan pemuda yang dicanangkan tahun 2006 di Kepri, perkebunan jagung di Sumsel, pembudidayaan ikan kerapu di Sulsel, pembudidayaan lobster air tawar yang sebentar lagi panen ribuan lobster di Kepri dan masih banyak lagi yang dilakukan termasuk kerjasama dg Sokagakai Jepang yang berhasil mendapatkan rekor spektakuler dari MURI. Hasanuddin menambahkan, dalam sejarah kehidupan berbangsa, setidaknya lima kali tercatat dalam tinta emas perubahan yang dilakukan kaum muda di Indonesia, yakni tahun 1908, 1928, 1945, 1966 dan 1998. Namun di era reformasi ini yang telah berjalan sembilan tahun, masih terlihat "hegemoni" kekuasaan tetap berada ditangan kaum tua, contohnya hasil Ppemilu 2004 yaitu dari 550 orang anggota DPR RI hanya terdapat sekitar 33 orang muda (6 persen) ini menafikan keberadaan lebih dari 90 juta orang muda yg berusia antara 17 - 40 tahun. Dengan demikian, katanya, tidak salah bila kaum tua harus menyadari bahwa anak-anak muda negeri ini tidak boleh diabaikan peranannya, tanpa kaum muda, tidaklah banyak bisa diharapkan perubahan meskipun ada juga sebagian orang2 muda yg bermental "penjilat" hanya karena kepentingan pragmatis. "Sumpah Pemuda haruslah disadari adalah wujud komitmen orang muda Indonesia bahwa Indonesia menjadi negara besar bukan karena persamaannya, tapi karena perbedaannya," demikian Hasanuddin Yusuf.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007