Semarang (ANTARA News) - Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Hinca Pandjaitan mengatakan, pada kompetisi sepak bola Super Liga 2008 harus bersih dari rasisme suporter yang ingin menjatuhkan mental bertanding tim lawan. Hinca Pandjaitan di sela-sela seminar "Hak dan Kewajiban Suporter dalam Rangka Penegakan Disiplin dan Kemajuan Persekabolaan Nasional" di Semarang, Minggu, mengatakan, untuk musim kompetisi tahun ini sifatnya hanya sosialisasi soal itu, tetapi pada Super Liga 2008 harus bersih dari sifat rasisme suporter. Ia mencontohkan, sifat rasisme dari para suprter tersebut, seperti menghadang tim tamu yang akan masuk ke stadion untuk bertanding melawan tim setempat, mengikuti tim tamu usai dari pertandingan dari stadion ke tempat penginapan dengan meneriaki atau mengancam tim yang bersangkutan. Kemudian, lanjut dia, saat pertandingan suporter menyanyikan lagu-lagu yang mengejek tim tamu tamu, dan lain sebagainya. "Sifat-sifat seperti harus sudah tidak ada pada saat Super Liga mendatang," katanya. "Kita akan bersikap tegas terhadap suporter apabila muncul sifat-sifat seperti itu pada saat pertandingan Super Liga," katanya. Ia tidak sependapat apabila ada dua suprter yang berseteru dan akhirnya tim mereka dipisah dalam wilayah yang berbeda, padahal bisa saja mereka satu provinsi atau bahkan satu kota. Justru, lanjut dia, dalam dunia sepak bola memerlukan ketegangan dan itu semakin indah kalau dinikmati. "Aura sepak bola yang penuh dengan ketegangan harus dijaga dan yang harus dihindarkan adalah kerusuhannya," katanya. Yang terjadi sekarang ini, kata dia, Pengawas Pertandingan (PP) justru sering membuat laporan yang berbeda dengan kenyataan pertandingan yang ada. Mereka melaporkan ke PSSI bahwa pertandingan itu berjalan dengan tertib, lancar, dan aman. "Padahal, kalau kita lihat melalui siaran televisi justru ada kerusuhan. Yang harus dilaporkan PP pada kondisi seperti ini adalah pertandingan selesai disertai kerusuhan," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007