Bengkulu (ANTARA News) - Setalah dilakukan pemasangan dua unit dua alat deteksi gempa dan tsunami (Tsunami Early Warning System-TEWS) di Provinsi Bengkulu, maka analisa mengenai gempa yang terjadi bisa dilakukan dalam waktu lima menit. "Alat TEWS itu sangat membantu, kita kini sudah bisa menganalisa gempa mulai dari kekuatan hingga titik kordinatnya dalam waktu lima menit sehingga bisa cepat dipublikiaskan pada masyarakat," kata Koordinator Badan Meteorologi dan Geofisikan (BMG) Bengkulu Adjat Sudrajat di Bengkulu, Minggu. Ia mengatakan, BMG rencananya akan memasang empat unit TEWS di Provinsi Bengkulu, namun yang telah dipasang baru dua, masing-masing di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kota Bengkulu. Dua unit lagi akan dipasang di Pulau Enggano dan Kabupaten Muko Muko. Pemasangan TEWS di Enggano direncanakan pada 2008, sedangkan di Muko Muko diprogramkan 2009. Setelah terpasang alat tersebut diintegrasikan dengan pusat TEWS di Padang Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). BMG sebelumnya telah memasang TEWS di Provinsi Sumbar dan Lampung dengan sistem kerjasama yakni pemerintah setempat menyediakan lahan untuk pemasangan alat dan sensor, dan BMG pengadaan alat dan perlengkapannya. Bengkulu merupakan daerah paling rawan gempa, di daerah ini setiap hari terjadi gempa bumi meski sebagian besar dengan kekuatan dibawah 3,0 SR sehingga getarannya tak dapat dirasakan oleh warga. Menurut Adjat di Provinsi Bengkulu terdapat tiga patahan rawan gempa yakni Patahan Kepahiang, Ketahun dan Siberut. Gempa bumi terbesar dengan kekuatan 7,9 SR mengguncang Bengkulu pada 12 September 2007 yang telah menimbulkan korban jiwa 15 orang, luka berat 12 orang dan luka ringan 38 orang. Gempa tersebut juga telah mengporakporandakan puluhan ribu rumah penduduk, bangunan pemerintah, fasilitas ibadah, fasilitas pendidikan serta infrastruktur dengan total kerugian materi diatas Rp1 triliun.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007