saat sampai di Baghdad, pemandangan pertama yang dilihat begitu banyak kendaraan perang

Serang (ANTARA) - Indonesia dikenal dunia sebagai negara yang aman dan rakyatnya bisa hidup nyaman dan damai meski dalam perbedaan ras, agama dan suku.

Semua perbedaan yang ada di Indonesia bisa disatukan dalam ikatan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, sehingga masyarakat bisa hidup berbangsa dan bernegara dengan aman dan damai, kata tokoh agama Provinsi Banten, KH Yusuf Mubaroq.

Bangsa Indonesia, kata dia, harus bersyukur karena masih dijaga oleh Allah SWT, tidak seperti Suriah atau negara lainnya yang terus mengalami konflik sehingga rakyatnya tidak bisa hidup dengan aman.

"Hidup di negara yang aman dan damai seperti Indonesia ini, walapun mengalami kekurangan secara materi namun tetap enak. Kita bisa ke mana pun dengan leluasa, tidak ada todongan senjata," ujarnya mengingatkan.

Bandingkan, kalau di negara tidak aman, tidak akan bisa menikmatinya karena setiap saat dihinggapi rasa was-was dan ketakutan. Tidur tidak nyenyak, makan tidak enak bahkan belajar dan bekerja pun tak bisa berkonsentrasi.

"Saya punya pengalaman saat berada di Baghdad, Irak pada 2011 untuk melaksanakan ziarah ke Makam Syech Abdul Qodir Jailani, Sayyidina Abbas dan para ulama besar lainnya di negara itu. Bukan sombong waktu itu saya bawa uang cukup banyak, karena rencananya lama berada di Irak," katanya.


Baca juga: Novelis Irak ditembak mati di Karbala
Baca juga: Pasukan Suriah dukungan AS serahkan ratusan anggota ISIS kepada Irak


Pengalaman di Baghdad

Ia menjelaskan, saat sampai di Baghdad dan turun dari pesawat, pemandangan pertama yang dilihat begitu banyak kendaraan perang dan polisi berjajar. Pemandangan ini sangat menakutkan. Ditambah lagi, semua penumpang yang keluar dari pesawat diperiksa dengan teliti.

Selanjutnya, Yusuf meneruskan cerita tentang perjalanannya menuju Makam Syech Abdul Qodir Jailani. Ia menyaksikan, penjagaan di sekitar makam Sulthon Auliya itu pun sangat ketat, semua pendatang kembali diperiksa oleh petugas keamanan.

Saat tiba waktu shalat, ia menuju ke masjid. Hal yang sama pun terjadi. Masjid dijaga ketat oleh aparat keamanan setempat.

"Sangat tidak enak. Bahkan di masjid, perasaan was-was selalu ada. Kondisi yang sama juga terjadi di Makam Sayyidina Abbas dan makam lainnya di Baghdad," katanya.

Suatu hari, Yusuf bercerita, ingin sekali makan lauk ikan karena kebiasaan saat di Indonesia, tapi sama sekali tidak ada dan tidak tahu ke mana mencarinya.

"Uang ada, tapi tidak bisa dinikmati. Hanya untuk makan ikan saja tidak bisa karena tak ada yang jualan akibat kondisi dalam negeri Irak yang kacau saat itu," katanya.

Saat berada dalam pesawat yang membawanya kembali ke Tanah Air, Yusuf merenung dan menyadari begitu nikmatnya hidup di Indonesia yang aman dan damai.

Maka sudah sepatutnya seluruh elemen bangsa menjaga keamanan dan kedamaian ini, dan jangan membiarkan sesuatu apapun dapat menjadikan negara ini menjadi tidak aman dan damai.

Belakangan ini KH Yusuf Mubaroq mengaku khawatir dengan kondisi bangsa Indonesia. Negara yang dicintainya ini seakan terusik dan keamanan serta kedamaian yang selama ini menjadi kebanggannya seperti "terancam".

"Sekarang ironis. Sepertinya ada pihak yang menginginkan Indonesia pecah, dan diawali dengan penyebaran berita fitnah, ujaran kebencian hoaks yang belakangan sangat 'dahsyat'," ujarnya.

Ia mengingatkan, banyak sejarah menyebutkan awal terjadinya perang atau perpecahan karena begitu karena banyaknya fitnah, ujaran kebencian yang mendorong terjadinya adu domba. Itu juga terjadi di masa kekhalifahan," ujarnya.

"Dengan hoaks dibuat rakyat tidak percaya pada pemerintah, umat tidak percaya pada ulama, bahkan ulama tidak percaya dengan ulama lainnya. Kalau ini sudah terjadi maka hati-hati dengan kehancuran. Jangan sampai ini terjadi pada Indonesia," katanya.

Islam dan seluruh agama yang ada di Indonesia, kata dia, melarang melakukan fitnah dan menyebar hoaks, apalagi kalau dikaitkan dengan akidah dan syariat Islam, karena ini sangat berbahaya.

"Jangan menyebar hoaks hanya untuk kepentingan sesaat. Jangan berpecah gara-gara pilpres. Kita jangan percaya hoaks. Pilpres hanyalah ajang pencarian pemimpin, tidak seharusnya mendorong terjadinya perpecahan," ujarnya.


Baca juga: Ketua MPR: Pemilu damai kalau UUD dijalankan
Baca juga: Warganet sepakat lawan hoaks demi pemilu damai


Khawatirkan hoaks

Sementara itu, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo menilai informasi bohong atau hoaks dan ujaran kebencian merupakan teror terhadap demokrasi karena itu agar bisa keluar, maka bangsa Indonesia harus meningkatkan literasi digital.

"Jangan mudah mempercayai sebuah informasi yang diterima, apalagi yang dibumbui dengan kata-kata bombastis yang disajikan tanpa fakta dan data," katanya.

Bambang menyerukan setiap pihak agar mengantisipasi dan memberantas hoaks dan ujaran kebencian karena dikhawatirkan semakin dekatnya pelaksanaan Pemilu, akan membuat penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian di berbagai platform media sosial akan semakin massif dan agresif.

Dia menjelaskan, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2017 saja, penggunaan internet di Indonesia sudah mencapai lebih dari 50 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, atau tepatnya berjumlah 143,26 juta jiwa.

"Tidak heran jika hasil Survei Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) tahun 2017 menyebutkan bahwa 92,40 persen saluran penyebaran berita bohong dilakukan menggunakan media sosial, dengan 91,8 persennya adalah jenis hoaks yang berhubungan dengan sosial politik," ujarnya.

Bambang menilai, besarnya penetrasi internet terhadap rakyat Indonesia, ternyata malah disalahgunakan orang-orang yang ingin meraih kekuasaan dengan cara-cara yang merusak.

Menurut dia, menyebarkan hoaks sama saja dengan menyulut api kebencian dan membuka jurang perpecahan bangsa dan tindakan seperti ini harus dilawan bersama.

Politisi Partai Golkar itu menjelaskan, di bidang sosial politik, penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian sering kali digunakan sebagai kampanye hitam untuk menyerang kandidat peserta Pemilu, dan dari 10 hoaks yang beredar, 7 di antaranya terkait dengan Pemilu 2019.

"Kita masih ingat bagaimana hebohnya hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos, pendatang Cina diberi arahan KPU untuk mencoblos di TPS, jika menang Jokowi akan ganti KH Ma'ruf Amin dengan Ahok, larangan adzan dan pemakaian jilbab, serta berbagai kehebohan hoaks lainnya," paparnya.

Dia meminta semua komponen bangsa harus mampu mengambil peran untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian karena apabila dibiarkan akan menjadi wabah yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa, serta menghambat jalannya proses pembangunan.

Menurut Bambang, masyarakat selain aktif sebagai pemilih, harus dapat menjadi bagian dalam komunitas politik yang terbuka, obyektif, informatif dan edukatif.

"Peran seluruh anak bangsa dalam menciptakan pelaksanaan Pemilu 2019 yang lancar dan damai sangat besar. Gunakan kreatifitas yang dimiliki untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian," katanya.


Baca juga: DKPP ingatkan Indonesia dibangun dengan komitmen politik
Baca juga: Menko Polhukam: Pemilu bukan arena memecah persatuan bangsa

Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019