Jakarta (ANTARA News) - Rupiah pada pekan depan diperkirakan masih tetap berada di bawah level Rp9.200 per dolar AS, meski ada kekhawatiran terhadap gejolak ekonomi global. "Gejolak ekonomi global akibat menguatnya harga minyak mentah dunia yang mencapai 90 dolar AS dan kasus subprime mortgage di AS menimbulkan kekhawatiran akan kelesuan ekonomi dunia dan sulit menguatnya dolar AS," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, akhir pekan ini. Ia mengatakan rupiah masih tetap normal dalam kisaran antara Rp9.150 sampai Rp9.170 per dolar AS, apalagi Bank Indonesia (BI) terus menjaga pergerakan pasar uang itu, agar rupiah tidak terpuruk. "Kami optimis rupiah berada dalam pengawasan ketat BI agar tidak terpuruk seperti yang pernah terjadi sebelumnya," katanya. Gejolak ekonomi global, menurut dia, yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa saat ini masih tak menentu, dan Eropa maupun AS berusaha keras mengatasi gejolak tersebut seperti bank sentral Amerika diperkirakan kembali akan menurunkan suku bunganya. "Karena itu pasar uang Eropa dan Amerika saat ini sedang menuju ke arah perbaikan," ujarnya. Rupiah, lanjut Edwin Sinaga, yang juga pimpinan perusahaan investasi di Jakarta, diperkirakan tidak akan berada dalam kisaran yang lebar pada pekan depan, karena pemerintah juga sudah mengantisipasi gejolak yang akan terjadi dan yang akan datang. Apalagi pemerintah melalui BI mempunyai cadangan devisa yang cukup untuk mengantisipasi gejolak ekonomi itu, kecuali apabila gejolak itu terjadi berkelanjutan dan dalam waktu yang lama, ucapnya. Selain itu, menurut dia, dolar AS terhadap mata uang utama Asia cenderung melemah terutama terhadap euro yang telah mencapai di level 1,43, karena itu pergerakan rupiah masih belum mengkhawatirkan. Menurut dia, rupiah ketika gejolak ekonomi global terjadi sempat di atas level Rp9.150 per dolar AS, karena tekanan pasar yang cukup besar, namun akhirnya kembali membaik dan kini berada di bawah level Rp9.150 per dolar AS. Hal ini membuktikan gejolak ekonomi dunia yang masih tak menentu, tidak mengakibatkan rupiah masih berada dalam kisaran yang melebar, yang mengkhawatirkan, katanya. Selain itu pencapaian pertumbuhan ekonomi nasional yang tetap terjaga, bahkan pemerintah optimis target ekonomi 2008 sebesar 6,8 persen akan bisa dicapai, membuat rupiah bakal terjaga, sekalipun harga minyak mentah dunia terus bergerak naik. (*)
Copyright © ANTARA 2007