"Surplus ini setelah angka kebutuhan masyarakat Garut terpenuhi," kata Kepala Seksi Serealia Dinas Pertanian Kabupaten Garut Endang Junaedi di Garut, Jabar, Kamis.
Menurut dia, produksi beras di wilayahnya selalu melebihi kebutuhan masyarakat Garut setiap tahunnya.
Ia menuturkan, produksi beras 616.730 ton itu dari hasil produksi gabah kering sebanyak 994.726 ton dengan areal lahan sawah di Garut seluas 48.126 hektare.
Sedangkan, kata dia, dengan jumlah penduduk diperkirakan lebih dari 2,3 juta jiwa dan rata-rata konsumsi sebanyak 111 kilogram per jiwa, maka masih ada sisa produksi sebanyak 361.430 ton.
"Surplus beras ini dari varietas padi seperti ciherang, mekongga, sarinah, IR64 kebanyakannya itu yang sudah disertifikat," katanya.
Ia menyampaikan, petani di Garut kebanyakan menanam padi jenis varietas bersertifikat sesuai dengan yang disarankan Dinas Pertanian Kabupaten Garut.
Varietas itu, kata dia, cukup cocok ditanam di Garut, bahkan menurut pengakuan petani tumbuh bulir padi yang panjang sehingga hasil berasnya tidak bubuk, dengan nilai jual gabah kering cukup bagus antara Rp6 ribu sampai Rp6.400 per kilogram.
"Harga jual gabah kering itu di kisaran Rp6 ribu sampai Rp6.400, kalau harga jual berasnya di Rp9.000 sampai Rp9.200 untuk medium dan premium Rp10 ribu sampai Rp11 ribu (per kilogram)," katanya.
Ia menyebutkan, daerah penghasil beras yang cukup tinggi yakni di wilayah utara Garut Kecamatan Leles, Kadungora, Limbangan, Leuwigoong, Banyuremi, Malangbong, Sukawening, dan Karangpawitan.
Wilayah selatan Garut, kata dia, Kecamatan Bungbulang, Pakenjeng, Cikelet, Pameungpeuk, Cibalong dan Banjarwangi, selanjutnya sekitar Garut tengah daerah Bayongbong, Cilawu, Cisurupan, Samarang, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul, dan Garut Kota,
"Daerah itu produksinya cukup stabil dengan luas baku sawah di Garut tahun 2018 seluas 48.126 hektare," katanya.
Baca juga: Kementan: Garut surplus beras 71.593 ton
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019