Bangkok (ANTARA News) - Sudah sepuluh tahun, Swang Porgaew, tukang reparasi sepatu, mangkal di bawah suatu tangga jalanan umum. Dia memperbaiki sepatu sambil mengenakan masker (saringan udara) di wajah, agar racun uap lem maupun asap bus kota tidak masuk ke paru-parunya. "Polusi selalu parah gara-gara bus-bus itu," katanya, sambil menjahit sol sepatu hitam hak tinggi dan memperhatikan bus-bus yang berhimpitan di halte dekat tempatnya berada. "Tetapi keadaan mulai membaik," katanya. Pejalan kaki maupun pekerja lapangan di Bangkok, banyak yang menggunakan masker, yang hampir sepopuler kacamata hitam. Namun, reputasi kota yang terkenal dengan udara kotor itu lambat laun menghilang, seiring usaha untuk mengurangi emisi kendaraan dan memperbanyak angkutan massal, mulai membuahkan hasil. Partikel debu berbahaya di kota itu sudah berkurang 47 persen dibanding tahun 1997, ungkap Bagian Pengendalian Polusi Bangkok. Data terakhir menunjukkan kualitas udara ibu kota Thailand tersebut berangsur berada di bawah batas yang ditetapkan AS, dan hanya sedikit lebih tinggi dari standard negara-negara Uni Eropa. Kualitas udara Bangkok masih lebih buruk dibanding kota terbersih di Asia seperti Tokyo dan Singapura, namun turunnya tingkat pencemaran telah menarik perhatian para warga kota tersebut. Jitendra Shah, koordinator lingkungan hidup Bank Dunia, mengemukakan data tersebut membuktikan bahwa apa yang sudah banyak penduduk dirasakan para warga yaitu kualitas udara Bangkok sudah bertambah sangat baik dalam dua dasawarsa terakhir. "Saat berjalan-jalan saya mendapati bahwa bernafas di Bangkok jelas-jelas lebih lapang," Syah mengatakan, demikian AFP.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007