Jakarta (ANTARA) - Kecelakaan pesawat Lion Air jenis Boeing 737 Max 8 JT610 dari Jakarta menuju Pangkal Pinang mengangkut 189 orang, Senin 29 Oktober 2018 di perairan seputar Karawang, Jawa Barat, bisa jadi tragedi besar lalu lintas udara di Indonesia.
Kecelakaan yang menewaskan seluruh awak pesawat dan penumpang itu sudah barang tentu menjadi pukulan telak bagi perusahaan yang memiliki destinasi terbanyak di Nusantara tersebut.
Kejadian itu tampaknya tak terlalu membuat perusahaan jatuh, bahkan terus menambah jumlah destinasi ke berbagai daerah bahkan luar negeri.
Di tengah tren perjalanan era sekarang, Lion Air jeli menangkap peluang dengan terus menambah jalur destinasi antara lain dari Samarinda ke dan dari Jogyakarta,
Samarinda memposisikan sebagai gerbang baru menuju Kalimantan Timur. Secara geografis wilayah yang dibelah oleh Sungai Mahakam tersebut telah dikenal sebagai kota tujuan untuk eksplorasi menuju ke berbagai kawasan Kaltim.
Kota Samarinda menyuguhkan kekhasan yang menguatkan menjadi salah satu tempat berlibur, seperti ikan pesut, sarung Samarinda, amplang, Islamic Center, air terjun Tanah Merah, air terjun Pinang Seribu, pantai, kuliner dan masih banyak lagi.
Setelah menghabiskan waktu di Samarinda, saatnya menuju Yogyakarta. Kota yang menjadi salah satu destinasi istimewa di kalangan pelancong, begitu kental dengan wisata pendidikan, budaya, religi dan pusat seni hingga keramahan masyarakat yang mendunia. Tak heran bila dikenal Jogja Never Ending Asia.
Jogja juga terkenal ramah di kantong dan reputasi yang kaya jajanan atau kuliner, misalnya di sepanjang ikon kota ini yaitu Malioboro. Bagi milenial hobi memotret dan terlihat keren, menjelajahi setiap sudut wisata alam, pegunungan dan pantai menjadi spot instagenic, karena berlatar pemandangan menakjubkan untuk petualangan seru. Jadi, semakin menambah sensasi kekinian di sosial media khususnya Instagram.
Kedua destinasi itulah yang menanti untuk dikunjungi yang menawarkan pengalaman yang semakin tak terlupakan terutama kalangan turis milenial. Saatnya perjalanan dimudahkan, Lion Air (kode penerbangan JT) member of Lion Air Group akan membuka penerbangan langsung Samarinda menuju Yogyakarta mulai 5 April 2019.
Penerbangan bernomor JT-869 yang berangkat dari Bandar Udara Internasional Aji Pangerang Tumenggung Pranoto, Samarinda, Kalimantan Timur (SRI) pukul 11.10 WITA dan dijadwalkan tiba di Bandar Udara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta (JOG) pukul 12.20 WIB.
Untuk rute sebaliknya, Lion Air nomor JT-868 akan mengudara dari Jogjakarta pukul 13.10 WIB dan memiliki jadwal kedatangan pada 16.00 WITA di Samarinda. Layanan penerbangan non-stop ini memiliki frekuensi satu kali setiap hari.
Pembukaan rute baru dengan pilihan jadwal terbaik yang dilayani secara langsung Samarinda dan Jogja merupakan kelanjutan dari kesuksesan rute Lion Air sebelumnya yang menghubungkan Jawa ke Kalimantan, di mana rata-rata permintaan perjalanan di kedua provinsi menunjukkan angka positif.
Hadirnya layanan terbaru domesitk ini diyakini bisa mengakomodasi kebutuhan masyarakat untuk berwisata atau bisnis sejalan mewujudkan mimpi pelancong menjelajahi secara mudah di Indonesia melalui Yogyakarta dan Samarinda.
Perusahaan hadir di rute ini adalah bagian langkah strategis guna meningkatkan minat jalan-jalan turis di kota tujuan Jogja dan Samarinda. Dalam mendukung upaya itu, maskapai akan memberikan pilihan kenyamanan tersendiri dan layanan terbaik selama perjalanan, travelers berkesempatan menambah pengalaman terbang dengan pesawat terbaru Boeing 737-900ER (215 kursi kelas ekonomi) dan Boeing 737-800NG (189 kursi kelas ekonomi).
Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam rilisnya, mengatakan jaringan Samarinda ke Jogja pergi pulang (PP) diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi wisatawan mancanegara (wisman), wisawatan nusantara (wisnus) dan pebisnis dalam bepergian. Dari berbagai kota dapat singgah terlebih dahulu (transit) atau dengan menghabiskan waktu di Jogja, kemudian bisa meneruskan perjalanan ke Samarinda.
Demikian juga bagi wisatawan dan pebisnis yang sudah menyelesaikan agenda di Samarinda bisa terbang ke Jogja sekaligus nantinya mudah mendapatkan opsi penerbangan lanjutan (connecting flight) menuju kota tujuan popular perusahaan.
Perusahaan menawarkan konektivitas perjalanan terbaik melalui Bandar Udara Internasional Adisutjipto bersama kota penghubung lainnya, antara lain ke Bandung, Balikpapan, Banjarmasin, Medan, Padang, Pekanbaru, Batam, Jambi, Palembang, Lampung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Lombok, Kupang, Makassar, Kendari, Palu, Manado, Ambon, Ternate, Sorong, Jayapura, Merauke dan destinasi yang lain.
Maskapai senantiasa mendukung dalam menyediakan akses Pulau Jawa, khususnya Yogyakarta dan Kalimantan Timur, sesuai konsep Komponen Daerah Tujuan Wisata (DTW). Ketersediaan pilihan penerbangan dapat mempercepat koneksi antardestinasi, sehingga berdampak dalam menggeliatkan wisata dan perekonomian ke daerah.
Tidak instan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah sudah dan akan terus membangun sejumlah bandar udara di berbagai daerah dalam upaya untuk mempermudah konektivitas masyarakat dan barang, yang pada akhirnya bisa membuka terisolasian.
Bandar Udara Internasional Aji Pangerang Tumenggung Pranoto, Samarinda, Kalimantan Timur, misalnya merupakan salah satu bukti pemerintah yang ingin mempermudah konektivitas daerah tersebut sehingga akses udara bisa lebih mudah dan terbuka.
Saat ini negara-negara di dunia sedang bersaing dan berkompetisi dalam pembangunan infrastruktur transportasi.
Hal tersebut juga terjadi di Indonesia yang diakuinya masih ada ketertinggalan dalam pembangunan, sehingga dirinya diminta untuk mengejar ketertinggalan tersebut.
Semua pembangunan infrastruktur yang selama ini dilakukan, seperti bandara, pelabuhan, jalan tol adalah untuk mengejar ketertinggalan Indonesia.
Pembangunan infrastruktur memang tidak dirasakan instan. Tetapi di sisi lain insfrastruktur memberikan sarana untuk maju, berkompetisi secara internasional.
Dengan pembangunan infrastruktur yang begitu masif, masyarakat juga harus menjaga apa yang sudah dibangun pemerintah, serta tidak merusak atau melakukan aksi vandalisme.
Pemerintah telah berkomitmen untuk terus membangun infrastruktur bandara udara di daerah-daerah terpencil, yang pada akhirnya mempermudah serta mempercepat transportasi yang pada akhirnya membuka terisolasian.
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019