Purwokerto (ANTARA) -
"Untuk mengatasi adanya kemungkinan dampak negatif game online, perlu keberdayaan personal dan keberdayaan institusional. Keberdayaan personal, berarti literasi media, atau literasi game secara khusus," katanya di Purwokerto, Rabu.
Edi yang merupakan Dosen Magister Ilmu Komunikasi Unsoed itu mengatakan aspek literasi tersebut meliputi, pemahaman game sebagai realitas industri dan sebagai realitas virtual.
"Bahwa ada kepentingan kapitalis di dalamnya, dan game sebagai realitas virtual, bukan realitas faktual,” katanya.
Selain itu, kata dia, perlu pemahaman game dengan segala dampaknya.
"Maka gamer harus tahu etika main game. Mulai dari ketepatan memilih jenis game, sesuai aturan umur, sampai ketentuan durasi main," katanya.
Selain itu, kata dia, perlu keberdayaan institusional, meliputi dukungan berbagai lembaga, yakni keluarga, lingkungan, dan pemerintah.
"Game seringkali dimainkan di rumah. Maka, idealnya setiap rumah punya regulasi bagi anggotanya dalam soal game, misalnya soal jenis game dan waktu main," katanya.
Selain itu, kata dia, sekolah, bisa mendukung dengan memberi edukasi soal etika bermain dan literasi bisa ditingkatkan melalui sekolah.
"Lingkungan artinya semua pihak harus mendukung. Misalnya, petugas rental harus menegur anak yang main game yang tak sesuai umur. Warga juga biar menegur jika melihat anak main game secara tidak wajar.
Selain itu, kata dia, dukungan moral dari agamawan untuk pengendalian dampak game juga akan sangat strategis.
"Terlebih lagi jika ditambah adanya aturan atau regulasi dari pemerintah, mengingat game sudah menjadi budaya masyarakat. Harus ada pengaturan," katanya.
Sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Zaitun Rasmin mengatakan MUI tengah mengkaji usulan masyarakat mengenai fatwa game Player Unknown's Battlegrounds (PUBG).
"Kami akan kaji dulu. Masukan dari masyarakat ini sangat penting bagi MUI tentang game," kata Zaitun.
Game PUBG sendiri salah satu permainan virtual dalam ponsel cerdas bertema peperangan yang dimainkan antarpengguna "Player versus Player" (PvP) secara dalam jaringan atau daring.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019