Jakarta (ANTARA News) – PT Phapros Tbk siap menggelontorkan dana sekitar Rp50 miliar untuk memproduksi cartridge ampoule (carpoule) Pehacain melalui transfer teknologi (ToT). 


Investasi yang dilakukan bertahap ini, akan dimulai per April 2019 dengan mengimpor carpoule dari perusahaan Pierrel, produsen produk obat dan alat kesehatan terkait gigi yang berpusat di Napoli, Italia. 


Hal ini disampaikan Direktur Utama PT Phapors Barokah Sri Utami, M.M. saat memaparkan invoasi dan investasi perusahaan farmasi yang berbasis di Semarang tersebut.


“Bermula dari pengembangan produk pareto Phapros, dari Pehacain injeksi untuk anestesi lokal gigi… Ternyata dengan perkembangan teknologi kebutuhan dari konsumen menginginkan yang lebih nyaman,” papar perempuan yang akrab disapa Emmy tersebut di Jakarta, Kamis (21/3).


Emmy juga menambahkan bahwa langkah itu diambil setelah mendengar permintaan dari konsumen serta berkonsultasi dengan PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia). 


Menurutnya, teknologi baru ini sangat nyaman dan meminimalkan pendarahan khususnya pada orang dengan hemofili, disamping itu dokter juga diuntungkan karena lebih akurat. 


Menurut Emmy, Phapros akan memulai memproduksi produk anestesi itu paling cepat pada 2021 melalui alih teknologi. Namun, produknya sudah masuk ke Indonesia pada April 2019 mendatang. 


“Timeline-nya paling cepat kemungkinan 2021 kita memproduksi di fasilitas kita sendiri…karena ada perhitungannya, seperti penjajakan pasar baru ke transfer teknologi, sama seperti kita (Phapros) ke tempat lain ada penjajakan dulu,” ungkap Emmy, menambahkan bahwa Phapros akan menjadi pemegang ekslusif produk ini di Indonesia. 


Dalam proses itu, Phapros melakukan sejumlah langkah yang meliputi impor melalui SAS (special access scheme) pada April 2019, penjajakan pasar, dan pembangunan infrastruktur produksi.


Ke depannya, dengan investasi ini Phapros akan menjadi perusahaan pertama yang akan memproduksi Carpoule Pehacain di dalam negeri. 


“Di 2021, nilai invetasi total kita terpasang sekitar Rp50 miliar,” imbuh Emmy sambil memaparkan nilai itu meliputi pembelian mesin produksi sebesar sekitar Rp20 miliar dan sisanya untuk pembangunan infrastruktur.


Phapros sendiri bukan nama baru di industri farmasi Tanah Air. Perusahaan yang yang melantai di bursa dengan kode PEHA ini tahun lalu berhasil membukukan laba bersih Rp132,3 miliar atau naik 6,41% dari Rp125,6 miliar pada 2017.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019