Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia belum menerima protes atau komentar dari pihak Timor Leste terkait dengan peristiwa penembakan terhadap seorang pelintas batas ilegal dari Timor Leste bernama Lucas Neno (45) oleh pasukan TNI dari Yonif 742/SWB pada Jumat dini hari.
"Kita belum menerima apakah ada protes atau komentar dari negara Timor Leste," kata Menteri Luar Negeri (Menlu), Hassan Wirajuda, ketika ditemui di Kantor Presiden Jakarta, Jumat petang, setelah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima para anggota Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) Indonesia-Timor Leste.
Ia mengatakan, hingga saat ini Pemerintah RI masih mencari keterangan dan informasi selengkap mungkin mengenai duduk perkara sebelum sampai pada kesimpulan.
"Kita masih mengumpulkan informasi sebelum menentukan langkah apa yang perlu diambil," katanya.
Ia mengatakan, kejadian itu tidak akan mengganggu hubungan kedua negara.
"Karena, kita lihat dalam sejarah pengelolaan perbatasan dengan Timor Leste, insiden seperti ini tidak baru sekali terjadi dan kedua negara mampu mencari solusi dengan baik," ujarnya.
Awal tahun ini, tiga orang WNI ditembak mati oleh tentara perbatasan Timor Leste dengan alasan melintas batas.
Sementara itu, Komandan Korem 161/Wirasakti di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Kol Inf. Arief Rachman, mengatakan bahwa penembakan itu sudah dilakukan sesuai dengan prosedur.
"Pasukan kami sudah memberikan tembakan peringatan, namun korban bersama seorang temannya berusaha menyerang petugas keamanan dengan senjata tajam. Pasukan TNI terpaksa melepaskan tembakan melumpuhkan, namun korban meninggal dunia dalam perjalanan menuju rumah sakit karena kehabisan darah," katanya.
Korban bersama tiga orang lainnya diduga hendak menyulundupkan bahan bakar minyak (BBM) dari wilayah Motamasin, Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu dengan sepeda motor.
Ketika tembakan peringatan dilepas, kata dia, Lucas Neno masih berusaha melakukan perlawanan terhadap aparat TNI yang memergoki mereka pada saat itu, sedang rekannya langsung kabur.
"Pasukan kami tidak melepas tembakan mematikan, tetapi karena kehabisan darah, korban menghembuskan nafasnya yang terakhir ketika diantar petugas keamanan Indonesia menuju RS Tentara Bantuan di Atambua," katanya.
Ia menambahkan, jenazah korban sudah dikembalikan ke Timor Leste lewat pintu perbatasan Motamasih untuk dimakamkan oleh keluarganya di negara yang baru merdeka pada lima tahun lalu itu setelah 23 tahun bergabung dengan Indonesia.
Ia juga menjelaskan, informasi akan adanya penyelundupan diperoleh pasukan TNI di perbatasan kedua negara dari Kepolisian Nasional Timor Leste (PNTL) yang sempat merekam hasil pertemuan gelap mereka pada malam sebelum kejadian.
Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Dansatgas Pamtas) NTT-Timor Leste, Letkol Inf. J. Hotma Hutahaen, disebutkan sudah melaporkan insiden penembakan tersebut kepada Kepala Kepolisian Negara Timor Leste.
Pihak kepolisian di negara baru itu, lanjutnya, menilai tindakan penembakan yang dilakukan TNI terhadap pelintas batas ilegal dari Timor Leste itu sudah tepat, karena berusaha untuk melakukan tindakan kriminal di wilayah negara lain. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007