Kami melihat semakin banyak perhatian diberikan pada apa yang sedang terjadi di Venezuela dan dampak sanksi-sanksi

New York (ANTARA) - Harga minyak mentah naik hampir dua persen pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena perhatian terpusat pada faktor-faktor geopolitik memperketat pasokan, yang mendorong penurunan ekspor dari Venezuela dan penurunan persediaan Amerika Serikat (AS).

Patokan global, minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei, naik 0,76 dolar AS menjadi ditutup pada 67,97 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange, tidak jauh di bawah level tertinggi tahun ini di 68,69 dolar AS yang dicapai pada 21 Maret.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, naik 1,12 dolar AS atau 1,9 persen, menjadi menetap pada 59,94 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Meskipun ada kekhawatiran tentang permintaan yang lebih lemah karena perlambatan ekonomi, harga minyak telah naik lebih dari 25 persen sejauh tahun ini, didukung oleh pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) plus sekutu, dan kerugian akibat sanksi-sanksi AS terhadap Iran dan Venezuela.

Pelabuhan ekspor minyak utama Jose dan empat kilang peningkatan (upgrader) minyak mentah Venezuela tidak dapat melanjutkan operasi menyusul pemadaman listrik besar-besaran pada Senin (25/3), yang kedua dalam sebulan, menurut pekerja industri dan pemimpin serikat pekerja yang dekat dengan fasilitas-fasilitas.

"Tidak ada listrik, semuanya lumpuh," kata pemimpin serikat pekerja minyak Jose Bodas kepada Reuters, Selasa (26/3).

Pemadaman awal bulan ini, karena kurangnya investasi selama bertahun-tahun dan kurangnya perawatan, juga mengganggu ekspor minyak di Jose, darah kehidupan ekonomi negara anggota OPEC itu, mengikis total volume ekspor dan menyebabkan penundaan pemuatan dan pengaliran minyak.

"Kami melihat semakin banyak perhatian diberikan pada apa yang sedang terjadi di Venezuela dan dampak sanksi-sanksi," kata Direktur Riset Pasar Tradition Energy Gene McGillian. "Pembeli mendorong harga lebih tinggi karena ekspektasi bahwa pengetatan keringanan sanksi-sanksi AS terhadap Iran akan menciptakan gambaran fundamental yang lebih ketat."

Minyak mentah berjangka sedikit berubah dalam perdagangan pasca-penyelesaian setelah American Petroleum Institute (API), sebuah organisasi perdagangan, mengatakan persediaan minyak mentah AS naik 1,9 juta barel dalam minggu terakhir.

Pasar sedang menunggu untuk melihat apakah angka resmi yang dijadwalkan pada Rabu waktu setempat mengkonfirmasi data API atau sesuai dengan estimasi yang memperkirakan penurunan 1,2 juta barel.

Kekhawatiran tentang permintaan telah membatasi reli minyak karena data manufaktur dari Asia, Eropa, dan Amerika Serikat menunjukkan perlambatan ekonomi, meskipun taruhan bullish oleh beberapa investor meningkat.

"Sejauh ini, kekhawatiran permintaan belum terbukti terlalu banyak," tulis analis di JBC Energy.

Kekhawatiran investor terhadap ekonomi global telah meningkat pada Jumat (22/3) setelah data pabrik Jerman dan AS yang mengecewakan, menyebabkan inversi kurva imbal hasil surat utang pemerintah AS, yang beberapa orang melihatnya sebagai indikator utama resesi.

"Risiko-risiko resesi telah meningkat ke level tertinggi sejak 2008," kata Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, Ole Hansen.

Sementara itu, sebuah laporan terbaru oleh perusahaan manajemen kekayaan dan perbankan investasi global Stifel mengatakan bahwa pasar minyak mentah kemungkinan akan kekurangan pasokan di paruh kedua tahun ini, menciptakan peluang bagi para investor.

Baca juga: Harga emas turun seiring penguatan dolar dan kenaikan saham

Baca juga: IHSG ditutup menguat seiring naiknya bursa Asia dan aksi beli saham

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019