"Kiai Ma'ruf berusaha untuk menyatukan semua elemen bangsa agar tidak bertikai di bawah naungan NKRI," kata Ikhsan dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin.
Menurut dia, semangat menyatukan dan memajukan umat cinta Tanah Air dan menjaga NKRI adalah nyanyian wajib serta menu harian yang terus dikumandangkan Kiai Ma'ruf di manapun, sampai ke Negeri Jiran.
"Jika kemudian ada yang meragukan kapasitas KH Ma'ruf Amin sang ulama besar yang kita miliki pada abad ini, maka itu sangat mengherankan," ujarnya.
Ikhsan menyebutkan, selama ini Kiai Ma'ruf tidak mengenal lelah dan terus menerus menyemaikan benih "hubbul wathon minal iman" dengan tausyiah yang menyejukkan serta terus menyuburkan semangat optimisme.
Bahkan, lanjut dia, mantan Rais Aam PBNU itu tak pernah berhenti memelihara nilai-nilai yang baik dan terus mengembangkan inovasi untuk mencapai kebaikan yang lebih baik lagi.
"Hal ini sebagaimana jargon Kiai Ma'ruf yang sangat terkenal yaitu Al Islakh ila mahuwal Aslakh, Summal Aslakh wal Aslakh, yang artinya kurang lebih melakukan perubahan secara terus menerus dan berkelanjutan (innovative sustainable improvement), paparnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Halal Watch itu menuturkan, demi menyatukan bangsa itulah Kiai Ma'ruf telah berkeliling dari Aceh hingga Papua. Tidak kurang dari 1.111 titik pertemuan sudah dihadirinya sejak Agustus tahun lalu.
"Jutaan umat beliau sapa dan kunjungi dengan simpul silaturahim, bertemu ulama, istighasah, tabligh akbar, halaqoh kebangsaan, muzakaroh alim ulama, dan Munas serta Milad NU. Tujuannya untuk menyatukan umat dari perpecahan," katanya .
Ikhsan pun menyayangkan ada manuver politik yang menyerang Kiai Ma'ruf karena berseberangan pandangan politiknya dalam pilpres ini.
Bahkan mereka juga berani mengatakan, KH Ma'ruf Amin sebagai pasangan Jokowi tidak mampu mendongkrak suara (elektabilitas) petahana.
"Ini senjata kebohongan dan fitnah keji yang sengaja ditebar sebagai virus untuk menciptakan disharmoni yang target akhirnya adalah terciptanya kebisingan internal pasangan nomor urut 01," demikian Ikhsan Abdullah.
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019