Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Jumat pagi cenderung stabil, akibat sikap hati-hati pelaku pasar dalam melakukan aksi beli maupun lepas terhadap kedua mata uang itu.
Nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp9.142/9.145 per dolar AS hampir seperti hari sebelumnya yang tercatat Rp9.143/9.147 per dolar AS.
Pengamat Pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan pergerakan rupiah pada hari ini dalam kisaran yang sempit yang terlihat dari tingkat harga jual dan beli masing-masing pada 9.150/9.147 per dolar AS.
Hal ini menunjukkan bahwa rupiah masih cukup normal, meski ada kekhawatiran terhadap gejolak ekonomi global, katanya.
Menurut dia, rupiah tertahan oleh menguatnya kembali harga minyak mentah dunia yang meliwati angka 90 dolar AS per barel, namun diimbangi oleh membaiknya pasar saham regional.
Rupiah juga mendapat dukungan dari melemahnya dolar AS terhadap yen dan euro, sehingga mata uang lokal itu tidak mengalami koreksi bahkan cenderung menguat, katanya.
Ia mengatakan gejolak ekonomi global yang diperkirakan akan menimbulkan kelesuan ekonomi masih belum pasti, karena sejumlah bank papan atas yang telah mengumumkan kinerja mengalami pertumbuhan cukup bagus.
Karena itu, kekhawatiran atas gejolak ekonomi itu diperkirakan masih belum terjadi di kawasan Asia, khususnya Indonesia, katanya.
Bahkan, lanjut dia, pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi 2008 yang ditargetkan sebesar 6,8 persen akan dapat dicapai, meski harga minyak mentah dunia cenderung menguat.
"Pemerintah telah membuat kebijakan-kebijakan baru untuk mengatasi gejolak ekonomi tersebut dengan melakukan berbagai efisiensi termasuk besaran subsidi APBN," katanya.
Sementara itu, dolar AS terhadap yen turun menjadi 114,08 dari sebelumnya 114,20 terhadap euro stabil pada 1.4325 dan euro terhadap yen menjadi 163,30 dari 163,55 yen.
Merosotnya dolar AS terhadap yen, karena lesunya data indikator ekonomi AS dan adanya dugaan bank sentral AS akan kembali menurunkan suku bunganya.
Karena itu, rupiah pada penutupan sore nanti diperkirakan akan membaik, setelah tiga hari mengalami koreksi harga, demikian Edwin Sinaga. (*)
Copyright © ANTARA 2007