Surabaya (ANTARA News) - Pakar perkapalan ITS Surabaya, Prof Ir Soegiono, menilai kapal selam pertama Malaysia jenis Scorpene yang diluncurkan di Prancis, Selasa (23/10), bukan ancaman bagi Indonesia.
"Itu hanya penggentaran (untuk membuat gentar), jadi bukan ancaman, karena mirip gertakan saja," kata mantan rektor ITS itu kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Ia mengemukakan hal itu menanggapi kapal selam "KD Tunku Abdul Rahman" berbobot 1.500 ton, panjang 67,5 meter, dan dipersenjatai dengan torpedo, rudal bawah laut ke permukaan, serta ranjau laut.
Menurut Guru Besar Teknik Perkapalan ITS Surabaya itu, kapal selam Malaysia hanya merupakan "penggentaran" karena perang dalam arti sesungguhnya itu akan sulit terwujud.
"Perang itu nggak mungkin ada, kecuali untuk penggentaran dan menunjukkan kesetaraan, apalagi Indonesia sendiri juga akan membeli enam kapal selam dari Rusia dan lautan di Indonesia juga banyak yang dangkal," katanya.
Ayah dari lima anak dan suami dari Ny Soelistiani itu mengatakan kapal selam milik Malaysia yang saat ini masih bersandar di dok DCNS di Cherbourg, Prancis, itu juga bermakna kesetaraan.
"Jadi, kapal selam itu hanya penggentaran untuk negara lain dan sekaligus juga bermakna kesetaraan antara negara maju dan negara berkembang dalam bidang teknologi perkapalan," katanya.
Namun, katanya, penggentaran yang dilakukan Malaysia juga dapat menjadi semangat bagi Indonesia untuk menjaga 129 pulau terluar Indonesia agar tidak lepas ke tangan Malaysia, seperti Sipadan-Ligitan.
"Sipadan-Ligitan itu lepas bukan karena Indonesia tidak memiliki hak sama sekali atas pulau itu, melainkan karena Indonesia tidak pernah menjaganya," katanya.
Kapal selam itu diresmikan istri Wakil Perdana Menteri Tun Najib Razak, yakni Datin Seri Rosmah Mansor, dengan memecahkan botol air di anjungan kapal selam yang bersandar di dok DCNS di Cherbourg (sekitar 400 km dari Paris) pada 23 Oktober 2007.
Peresmian itu disaksikan Tun Najib Razak, didampingi Kepala Staf AL Tan Sri Ramlan Mohamed Ali, Menhan Prancis Herve Morin, dan para pejabat lain, kemudian mereka mengecek langsung kapal selam itu.
Kapal itu merupakan salah satu dari dua kapal selam yang dibeli Malaysia lewat perjanjian pada 2002. Kapal kedua akan diserahkan pada 2009 dan sampai di Malaysia pada 2009. (*)
Copyright © ANTARA 2007