Jakarta (ANTARA News) - Gempa bumi tektonik berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR) di barat daya Bengkulu Utara, Kamis pagi, bukan gempa susulan, tetapi merupakan gempa baru yang semakin merobek ke utara, demikian pendapat pakar geologi Institut Teknologi Bandung (ITB). "Memang trennya ke utara. Yang 12 September lalu 7,9 SR kan agak ke selatan, setelah itu susulannya semakin ke atas di peta, lalu yang kali ini semakin mendekati segmen Siberut," kata pakar Geologi dari ITB, Dr Wahyu Triyoso, yang dihubungi di Bandung, Kamis. Gempa 7,0 SR pada Kamis pagi terjadi pada episentrum 4,18 LS dan 100,70 BT, di 166 kilometer(km) Barat Daya Lais Kabupaten Bengkulu Utara dengan kedalaman 10 km. Dari sejarahnya, menurut geolog yang melakukan penelitian gempa Sumatera bersama Danny Hilman dan Hamzah Latief itu, data yang paling mendekati lokasi gempa kali ini adalah gempa tahun 1797 dengan magnitude 8,2 MW. Sementara itu, ia menilai, gempa 7,9 SR pada 12 September 2007 dan gempa 7,3 SR pada Juni 2000 lokasinya lebih dekat pada segmen di bagian selatannya yang pernah didera gempa berkekuatan 8,9 SR pada 1833. Tampaknya, ujar dia, segmen Siberut yang pecah pada 1797 itu belum pecah hingga kini sehingga dapat disimpulkan segmen tersebut masih terus mengumpulkan energi. "Ini yang masih perlu dikhawatirkan. Kalau saja segmen sebesar di selatannya kemarin itu robek agak panjang, maka magnitudo yang dilepas segmen di utaranya di masa depan bisa sangat besar dan berbahaya," ujarnya. Menurut dia, robeknya segmen oleh kejadian gempa 12 September 2007 dan gempa 4 Juni 2000 yang tidak terlalu panjang membuat pelepasan energi di masa mendatang akan berskala moderat dan lebih aman. Selain itu, ia mengemukakan, gempa-gempa tersebut juga membuat lokasi setempat pecah menjadi beberapa segmen yang diharapkan mengurangi akumulasi beban yang terlalu berat di segmen Siberut. Gempa-gempa besar di Sumatera sebagian besar terjadi di jalur subduksi lempeng Indo-Australia ke Eurasia dan diketahui dari hasil penelitiannya memiliki perulangan sekitar 240 tahun untuk setiap segmennya. Ia juga mengemukakan, angka guncangan gempa dengan ukuran Skala Richter (SR) selalu lebih kecil daripada hitungan dengan menggunakan magnitudo (Mw), karena yang dihitung SR adalah amplitudo gelombang seismik, sementara Mw menghitung energi yang dilepas gempa. "Contohnya gempa Bengkulu 12 September 7,9 SR oleh BMG, namun dalam hitungan USGS bermagnitudo 8,4 Mw," katanya. USGS yang dimaksudnya adalah Badan Survei Geologi di Amerika Serikat (USGS) yang selama ini laman (situs Internet)-nya di http://www.usgs.gov menjadi salah satu acuan untuk memantau gempa sedunia. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007