Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia (Garuda) secara terbuka meminta maaf kepada publik, terkait kemungkinan ketidaknyamanan pelayanan menyusul penyegelan enam pesawat BUMN penerbangan itu oleh Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta. "Sekiranya terjadi ketidaknyamanan dalam penerbangan Garuda akibat kejadian itu (penyegelan enam pesawat, red) kami menyampaikan permohoman maaf kepada para penumpang," kata Kepala Komunikasi Perusahaan PT Garuda Indonesia, Pujobroto dalam siaran pers di Jakarta, Kamis. Permintaan maaf tersebut disampaikan terkait dengan penyegelan enam pesawat Garuda jenis Boeing 737-400 oleh Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta sejak Selasa (23/10) karena Garuda belum menyelesaikan formalitas kepabeanan. Kejadian penyegelan ini, menurut sejumlah sumber ANTARA di PT Garuda Indonesia merupakan pertama kali terjadi dalam sejarah BUMN Penerbangan itu. Menurut Pujobroto, tidak dioperasikannya enam pesawat B-737-400 Garuda pada hari Selasa (23/10) tersebut lebih terkait dengan keterlambatan pengurusan perpanjangan surat "Pemberitahuan Impor Barang" (PIB). Hal itu sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor 574/KMK.05/1996 tentang "Tatalaksana ImporSementara" dan Surat Edaran Dirjen Bea & Cukai nomor SE-98/BC/1997 tentang "Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penyelesaian Barang Impor Sementara". "Keterlambatan pengurusan perpanjangan surat Pemberitahuan Impor Barang (PIB) sama sekali tidak ada hubungannya dengan besaran biaya/bea masuk yang harus dibayarkan, karena bea masuk untuk "barang impor sementara" (pesawat-pesawat tersebut) adalah nol persen," kata Pujo. Keterlambatan yang terjadi semata-mata adalah hanya karena faktor yang bersifat administratif. Untuk itu, lanjut Pujo, sejak hari Selasa malam (23/10) hingga hari ini, Rabu (24/10), Garuda telah melaksanakan pengurusan administratif perpanjangan surat Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan diharapkan pada hari ini Rabu selesai kembali. Sekalipun ada 6 pesawat Garuda tidak beroperasi karena persoalan tersebut, namun kegiatan penerbangan Garuda pada hari ini, Rabu (24/10) (relatif) berjalan normal. Rute utama domestik, Jakarta - Surabaya (pp) 16 kali per hari dan Jakarta - Denpasar (pp) 10 kali per hari dilayani dengan pesawat B-747-400 dan A-330 berkapasitas 400 dan 300 kursi. Pada hari biasa, pada kedua rute gemuk itu biasanya dilayani dengan pesawat B-737 series berkapasitas 130 kursi.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007