Jakarta (ANTARA News) - Pandangan nasionalisme atau kebangsaan yang tumbuh pada masyarakat saat ini harus diarahkan pada cara pandang internasionalisme yang diyakini bisa membawa Indonesia pada kondisi yang lebih baik dari sekarang. Demikian pernyataan Staf Khusus Presiden Dino Patti Djalal dalam seminar "Quo Vadis: Sumpah Pemuda dan Ideologi Pancasila dalam Pembangunan Bangsa yang diselenggarakan Pusat Studi Hukum dan Pembangunan (PSHP)" di Jakarta, Kamis. "Internasionalisme adalah `tipping point` (titik ungkit) bagi Indonesia untuk meloncat dari `good` ke `great`," kata Dino. Menurut Dino, persoalan nasionalisme seperti yang diimpikan dalam Sumpah Pemuda pada tahun 1928 sebenarnya sudah menjadi kenyataan sejak kemerdekaan Agustus 1945, sehingga untuk selanjutnya perlu ada cara pandang lain yang diyakini bisa memajukan bangsa demi kepentingan cita-cita bersama. Pandangan kebangsaan, menurut Dino, dalam perkembangan yang semakin mengglobal harus dilanjutkan dengan cara pandang internasional, mengingat negara-negara yang menerapkan internasionalisme selalu berhasil maju secara ekonomi dan kesejahteraan dibanding negara-negara yang tertutup. Untuk itu, Indonesia membutuhkan beberapa prinsip kebangsaan yang diharapkan dapat mendorong kemajuan negara seperti perlunya semangat pengabdian, keunggulan budaya, cara pikir inovatif, keterbukaan, konektivitas, dan kreatifitas. Dengan beberapa prinsip tadi, diharapkan Indonesia menjadi negara yang mudah, cepat, terbuka, murah dan elastis sehingga mampu bersaing dalam kancah dunia internasional terutama di bidang perekonomian. Internasionalisme juga diharapkan dapat melakukan perubahan besar di Indonesia, yang dapat dilakukan apabila terdapat barisan pemimpin yang kuat di berbagai sektor dan di semua daerah. "Presiden (Susilo Bambang, red) Yudhoyono itu, meski dia pintar, hebat, kharismatik, dan baik, tentu tidak bisa sendirian melakukan perubahan di negari ini. Butuh pemimpin-pemimpin lain seperti beliau untuk menggerakkan negara ini," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007