"Kalau Pak Jokowi janji menciptakan 10 juta lapangan kerja dalam lima tahun. Ini target sudah tercapai dalam waktu empat tahun. Lebih cepat setahun," kata Menaker Hanif di Jakarta, Jumat.
Namun demikian, diakuinya pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Hal itu karena lapangan pekerjaan yang tersedia membutuhkan angkatan kerja dengan persyaratan keahlian tertentu. Sementara angkatan kerja yang tersedia tidak memenuhi syarat keahlian yang diminta.
"Problem utama kita ini ketimpangan skill, bukan lapangan kerja. Dari 131 juta angkatan kerja, 58 persennya hanya lulusan SD, SMP," katanya.
Hanif mengatakan pemerintah bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait terus berusaha mengatasi masalah ketimpangan keahlian ini.
"Pemerintah sudah mencoba agar investasi SDM ke depan menjadi lebih besar. Dunia usaha, dunia industri harus terlibat dan berpartisipasi aktif, termasuk kalangan serikat pekerja dan masyarakat," katanya.
Hal ini sesuai dengan prioritas pemerintahan ke depan yakni bergeser dari pembangunan infrastruktur menjadi 'pembangunan' kualitas SDM.
Wapres Jusuf Kalla juga mengingatkan dalam upaya membuka lapangan kerja, harus dibarengi dengan peningkatan investasi dan upaya meningkatkan mutu SDM melalui pendidikan dan pelatihan kerja.
Selain itu Wapres JK juga mengatakan, di era Revolusi Industri 4.0 ini, para pencari kerja diimbau agar memiliki kemampuan menguasai teknologi sehingga memudahkan mereka mendapatkan pekerjaan.
"Dengan kemampuan teknologi yang tinggi, maka lapangan kerja terbuka," kata Wapres Jusuf Kalla.*
Baca juga: Kemendikbud sebut 2.700 SMK bekerja sama dengan industri
Baca juga: Watimpres imbau tak perlu buru-buru bangun 1.000 BLK Komunitas
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019