Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengingatkan bahwa perang dagang akan menjadi tantangan ekonomi global selanjutnya setelah sentimen dari kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) mulai mereda.
"Tantangan besar global, ketika The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga, itu perang dagang," kata Darmin saat ditemui di Jakarta, Jumat.
Darmin menjelaskan saat ini belum ada kesepakatan baru yang menandakan berakhirnya perang dagang antara China dan AS, sehingga ketidakpastian global ini belum akan usai dalam waktu dekat.
"Belum ada posisi jelas, tidak maju dan tidak mundur. Kita lihat saja karena yang pasti dua-duanya merugi dan sama-sama terpengaruh pertumbuhan ekonominya," katanya.
Ia menambahkan persoalan perundingan perang dagang yang tidak bisa selesai dalam waktu cepat, bisa mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia dalam jangka pendek.
"Masalah dengan perang dagang adalah, sekali dimulai, menghentikannya juga tidak mudah. Ini dampaknya lebih besar untuk kita, karena dua negara tersebut menjadi tujuan ekspor terbesar," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengharapkan terdapat solusi dari permasalahan perdagangan global ini agar tekanan eksternal yang dapat mengganggu perekonomian nasional makin berkurang. "Buat kita, kalau perang dagang itu dapat diredam, apalagi bisa diselesaikan, akan baik sekali," kata Darmin.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan AS sedang mempertimbangkan akan menahan tarif pada produk China hingga batas waktu yang dianggap substansial. Padahal, AS sudah menerapkan bea tarif impor barang China total senilai 250 miliar dolar AS.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan penyataan Trump ini menandakan perang dagang belum akan reda dalam waktu dekat. ***1***
Pewarta: Satyagraha
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019