Denpasar (ANTARA) - Ekspor komoditas pertanian asal Pulau Bali yang disertifikasi melalui wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, pada triwulan pertama 2019 tercatat mencapai Rp309 miliar, meningkat signifikan jika dibandingkan periode yang sama 2018 yaitu Rp29 miliar.

"Ini tidak terlepas dari upaya Badan Karantina dalam memfasilitasi petani dalam memberikan jaminan kualitas dan kesehatan komoditas ekspor," ujar Kepala Balai Karantina Pertanian kelas I Denpasar, Putu Terunanegara, saat pelepasan ekspor komoditas pertanian unggulan Bali di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Kamis.

Dalam kesempatan tersebut, sejumlah komoditas pertanian unggulan yang dilepas untuk diekspor adalah buah Manggis, daun mimba, alang-alang, bunga anggrek, sarang burung walet, kepompong sutera, anak ayam umur 1 hari (DOC) dan kulit ular senilai total Rp17,4 miliar.

Produk-produk komoditas unggulan Bali itu, akan diekspor ke berbagai negara tujuan seperti, China, Singapore, Timor Leste, Hongkong, Brasil, Jepang dan Jerman.

Selain itu, dalam pelepasan itu juga dilakukan ekspor perdana salak gula pasir sebanyak 500 kilogram ke negara Kamboja. Ke depannya diharapkan ekspor buah salak gula pasir itu secara rutin dapat diekspor sebanyak 50 hingga 100 ton per bulan.

"Kini bertambah lagi komoditas andalan petani di Bali, dan petani sebagai penggeraknya telah menjadi pahlawan devisa negara," ujar Putu Terunanegara.

Kepala Balai Besar Karantina Soekarno Hatta, Imam Djajadi mengatakan, upaya kerja dan sinergi pembangunan pertanian antara Kementerian Pertanian dan Pemerintah Provinsi Bali mulai menuai hasil.

Dari data yang dirilis dari Badan Pusat Statistik, sektor pertanian telah mampu menurunkan inflasi pangan dari sebelumnya 10,57 persen, selama empat tahun terakhir telah mampu ditekan hingga 1,26 persen. Demikian juga dengan harga pangan di Provinisi ini yang relatif stabil dengan capaian inflasi pangan dengan angka 0,7 persen.

“Sinergi yang dibangun telah membuahkan hasil, itu akan terus kami tingkatkan dengan mendorong produk komoditas pertanian unggulan asal Bali masuk ke pasar ekspor,” katanya.

Imam Djajadi juga menyoroti komoditas yang tengah menjadi primadona ekspor di Bali yakni buah manggis. Menurutnya, petani Bali benar-benar merasakan manfaat kemudahan dan kecepatan pelayanan ekspor oleh pemerintah pada dua tahun terakhir.

"Tahun 2018 petani manggis di Bali merasakan bagaimana hasil panennya bisa diterima penuh ke pasar-pasar besar mancanegara terlebih setelah berhasilnya negosiasi dagang antara Badan Karantina Pertanian dengan Otoritas Karantina China hingga ekspor langsung ke pasar Cina dibuka pada penghunjung tahun 2017 yang lalu," katanya.

Ia menambahkan, dari data sistem otomasi Badan Karantina Pertanian, pada tahun 2018, dari Bali saja telah terkirim sebanyak 4.096 ton buah Manggis dengan nilai ekonomi Rp300 milyar hanya untuk pasar China saja dan merupakan nilai ekspor Manggis tertinggi di Indonesia.

"Sementara, memasuki triwulan pertama 2019, ekspor Manggis ke China sudah mencapai 631 ton dengan nilai devisa hingga Rp45 miliar. Permintaannya sangat tinggi, untuk percepatan pemeriksaan karantina sesuai persyaratan negara tujuan ekspor, kami memberlakukan 'inline inspection' serta layanan jemput bola," ujarnya.

Baca juga: Mentan lepas ekspor manggis Bali, langsung ke China
Baca juga: Importir China akui kualitas manggis Bali

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019