Palu (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola meminta semua pemangku kepentingan di sektor pariwisata terus berupaya meningkatkan sadar wisata dan sapta pesona di kalangan masyarakat.
"Tingkatkan terus kesadaran masyarakat yang 'friendly' (bersahabat) supaya turis betah dan mau berulang kali datang ke destinasi wisata di Sulteng," kata Sekdaprov Sulteng Moh. Hidayat saat mewakili gubernur memberikan sambutan pada pembukaan workshop sadar wisata dan sapta pesona 2019 Dinas Pariwisata Sulteng di Palu, Kamis.
Menurut Hidayat, sadar wisata ini antara lain bagaimana cara senyum kepada turis, dan ketika ada barang (milik turis) yang hilang dan ditemukan, agar dikembalikan.
"Menciptakan suasana nyaman dan aman harus terus didorong," ujarnya.
Di sisi lain, katanya, pemerintah provinsi sangat berkomitmen mempersiapkan kelengkapan infrastruktur ke lokasi-lokasi wisata.
Bahkan, kata Hidayat, pemprov sedang memperjuangkan supaya Balai Pelestarian Cagar Budaya yang membawahi wilayah Sulawesi Tengah bisa dipindah dari Gorontalo ke Palu demi efektifnya pengelolaan situs-situs cagar budaya seperti warisan prasejarah megalitikum.
Potensi pariwisata Sulawesi Tengah, katanya, sangat banyak dan tidak kalah menarik dengan obyek wisata di daerah maju lainnya, namun belum semuanya terekspos, misalnya pariwisata bahari di Kabupaten Banggai Laut.
Mantan Bupati Banggai Laut pada 2013-2015 itu menuturkan adanya sebuah desa terpencil yang selalu ramai didatangi turis asing. Informasi desa itu terus berpindah dari mulut ke mulut yang membuat turis lain penasaran untuk datang ke sana.
"Berawal dari turis Prancis yang datang, berinteraksi dengan masyarakat. Dari tadinya ingin tinggal beberapa hari lalu berbulan-bulan dan akhirnya mengajar bahasa Inggris kepada masyarakat," ujarnya saat berceritera mengenai Desa Tinakin Laut yang kini jadi 'kampung turis' nya Banggai laut.
Sekretaris Dinas Pariwisata Sulteng Drs. Suryaman, M.Si mengatakan pembinaan sadar wisata dan sapta pesona ini sejalan dengan konsep 3A yang dikenalkan Menteri Pariwisata Arief Yahya yaitu amenitas, atraksi dan aksesibilitas.
"Amenitas berupa fasilitas hotel, restoran dan akomodasi, atraksi adalah daya tarik destinasi dan aksesibilitas ialah transportasi, layanan penghubung ke destinasi," ujarnya.
Workshop diikuti lebih kurang 50 peserta dari unsur OPD dan mitra pariwisata dengan narasumber dari Kementerian Pariwisata dan staf pengajar Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Ira Mayasari.
Baca juga: Kementerian Pariwisata tetapkan tiga destinasi unggulan Sulteng
Baca juga: Kampung wisata religi digagas FKUB di Sulteng
Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019