Jakarta (ANTARA) - Anggota legislatif Komisi VII DPR Tjatur Sapto Edy menilai bahwa sistem data eksplorasi minyak dan gas bumi di Indonesia masih lemah atau belum memadai.

“Lemahnya data tersebut, menyebabkan penemuan cadangan migas baru juga tidak banyak tercapai,” kata Tjatur dalam diskusi migas di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, harusnya ada pendanaan khusus untuk penguatan data, sehingga investor akan lebih mudah serta tertarik jika sistem data migas sudah tercukupi.

Penilaian tersebut ia dapat dari keluhan dari beberapa kontraktor migas yang pernah disampaikan kepada anggota legislatif. Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong sinergi data energi untuk anggota Asia Pacific Economic Countries (APEC) dalam forum The 30th Meeting of the APEC Expert Group on Energy Data and Analysis (EGEDA).

Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dalam sambutannya saat membuka pertemuan EGEDA mengatakan bahwa forum ini sangat penting dalam upaya sinkronisasi data dan informasi bidang energi antara negara-negara anggota APEC.

"Kementerian ESDM sangat mengedepankan data yang akurat dan transparan, karena hal ini merupakan dasar untuk menguatkan kebijakan energi. Pertemuan ini memiliki peranan penting dalam berbagi pengalaman untuk mengumpulkan data," ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama APERC Senior Vice President EGEDA Chair James Kendell menyampaikan bahwa pertemuan ini diharapkan memberikan data yang akurat untuk penguatan analisis pada keamanan energi, efisiensi energi, energi berkelanjutan serta ketahanan energi.

Hal ini sejalan dengan tujuan dari EGEDA yaitu dapat mempertemukan kebutuhan data yang didukung oleh teknologi internet.

Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian ESDM sebagai clearing housedata sektor ESDM berusaha menginisiasi kebutuhan tersebut, dengan tugas dan fungsinya mencakup pengelolaan data sektor, penyiapan data sektor untuk organisasi internasional seperti Joint Organization Data Initiatives (JODI) dan APEC.

Pusdatin melakukan pengumpulan data dari unit-unit di lingkungan Kementerian ESDM serta pemangku terkait, kemudian melakukan pengolahan hingga pengiriman data dimaksud kepada badan koordinasi (coordinating agency) yaitu APERC.

Baca juga: Pemerintah siap kucurkan dana eksplorasi migas 1,1 miliar dolar

Baca juga: Arcandra : investasi satu sumur bisa capai Rp1,5 triliun

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019