Surabaya (ANTARA) - PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB), anak perusahaan PT PLN (Persero) akan mengoperasikan dua proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) skala besar pada akhir 2019.

Direktur Operasi I PJB Sugiyanto saat temu redaktur media nasional di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, mengatakan bahwa kedua pembangkit itu adalah PLTU Jawa 7 berkapasitas 2x1.000 MW di Bojanegara, Banten, dan PLTU Cilacap Ekspansi 1x1.000 MW di Cilacap, Jawa Tengah.

Untuk PLTU Jawa 7, unit pertama sebesar 1.000 MW akan beroperasi secara komersial (commercial on date/COD) pada Oktober 2019 dan unit kedua juga berkapasitas 1.000 MW akan menyusul 3-4 bulan kemudian atau awal 2020. Sementara itu, PLTU Cilacap Ekspansi berdaya 1.000 MW akan COD pada Oktober 2019.

"Dengan demikian, pada akhir tahun ini, kami akan mengoperasikan pembangkit sebesar 2.000 MW dari PLTU Cilacap Ekspansi dan PLTU Jawa 7 Unit 1, serta awal 2020, bertambah lagi 1.000 MW dari PLTU Jawa 7 Unit 2," katanya.

Turut mendampingi Sugiyanto dalam temu media tersebut antara lain Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN I Made Suprateka dan Sekretaris Perusahaan PJB M Bardan.

Menurut Sugiyanto, tambahan dua PLTU skala besar dengan total daya 3.000 MW tersebut akan meningkatkan kapasitas pembangkit PJB dari saat ini sekitar 11.000 MW menjadi 14.000 MW pada awal 2020.

"Tambahan pembangkit ini tentunya akan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan khususnya interkoneksi Jawa-Bali," katanya.

Di luar pembangkit yang dioperasikan PJB, tambah Sugiyanto, sistem kelistrikan Jawa-Bali juga akan mendapat tambahan daya dari sejumlah pembangkit lainnya pada 2019.

Pembangkit yang direncanakan beroperasi di Jawa-Bali tersebut antara lain PLTU Lontar Unit 4 di Banten sebesar 315 MW, Blok 2 PLTG Grati, Jawa Timur 160  MW, dan Steam Turbin PLTGU Tanjung Priok Blok M, Jakarta 200 MW.

Saat ini, beban puncak sistem Jawa-Bali mencapai 27.070 MW dan akan bertambah 1.400 MW menjadi 28.470 MW pada akhir 2019.

Sementara itu, tambahan daya pembangkit yang direncanakan hingga akhir 2019 sedikitnya mencapai 3.000 MW.

"Dengan demikian, sistem kelistrikan interkoneksi Jawa-Bali tentunya akan semakin andal. Margin reserve (cadangan daya) juga makin meningkat menjadi di atas 30 persen," katanya.

Sugiyanto juga mengatakan di Jatim merupakan lumbung energi listrik di sistem Jawa-Bali.

Menurut dia, saat ini, pembangkit-pembangkit di Jatim menyuplai daya sekitar 2.000 MW ke wilayah barat atau Jateng, Jabar, DKI, dan Banten.

Sementara itu, ke arah timur, memasok daya ke wilayah Bali melalui kabel laut sebesar 500 MW.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019