Yogyakarta (ANTARA) - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat satu kali guguran lava pijar keluar dari Gunung Merapi dengan jarak luncur 800 meter ke arah Kali Gendol.

Melalui akun Twitter resminya, BPPTKG menyatakan, satu kali guguran lava itu terpantau berdasarkan periode pengamatan melalui CCTV sejak Rabu (20/3) pukul 18:00 WIB sampai Kamis (21/3) pukul 06:00 WIB.

Sementara itu, berdasarkan pengamatan pada Kamis pukul 00:00-06:00 WIB, BPPTKG mencatat sejumlah kegempaan di antaranya 15 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-27 meter yang berlangsung selama 14-92 detik, dua kali gempa hybrid dengan amplitudo 2-7 mm selama 9.3-14.2 detik, dan satu kali gempa tektonik lokal dengan amplitudo 5 mm selama 33 detik.

Para periode itu, asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang dan tinggi 20 meter di atas puncak kawah.

Cuaca di gunung teraktif di Indonesia itu cerah dan berawan. Angin bertiup lemah ke arah timur laut, dengan suhu udara 18-21 derajat celcius, kelembaban udara 47-78 persen, dan tekanan udara 871-943 mmHg.

Hingga saat ini BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.

BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak Gunung Merapi.

Sehubungan dengan kejadian guguran awan panas dengan jarak luncurnya semakin jauh, BPPTKG mengimbau warga yang tinggal di kawasan alur kali Gendol meningkatkan kewaspadaan.

Masyarakat juga diminta tidak terpancing isu-isu mengenai erupsi Gunung Merapi yang tidak jelas sumbernya dan tetap mengikuti arahan aparat pemerintah daerah atau menanyakan langsung ke Pos Pengamatan Gunung Merapi, media sosial BPPTKG atau ke kantor BPPTKG.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Alex Sariwating
Copyright © ANTARA 2019