Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Rabu sore yang sempat menguat kembali terkoreksi karena kekhawatiran pelaku pasar terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang makin melambat. Nilai tukar rupiah melemah menjadi 9.170/9.175 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya 9.136/9.142 per dolar AS atau turun 34 poin. Direktur Retail Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, gejolak keuangan global merupakan faktor utama yang menyebabkan pelaku kembali melepas rupiah karena masyarakat lebih cenderung memegang dolar AS. Pelaku pasar khawatir gejolak keuangan global yang diperkirakan akan berlangsung lama akan menekan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri, katanya. Namun, lanjutnya, melihat pergerakan rupiah yang masih berada di bawah level 9.200 per dolar AS, menunjukkan pengaruh gejolak keuangan itu masih belum besar. Koreksi harga terhadap rupiah dinilai masih wajar buktinya rupiah masih sempat menguat pada sesi pagi, katanya. Ia mengatakan, pasar keuangan di dalam negeri masih menarik, apalagi Bank Indonesia (BI) masih tetap mematok suku bunga acuan (BI Rate) pada level 8,25 persen. "Kami optimis rupiah masih tetap menarik bagi investor untuk tetap bermain di pasar uang, sekalipun ada kekhawatiran gejolak keuangan global kembali bergoncang, " katanya. Apalagi kenaikan harga minyak mentah dunia, menurut dia, yang saat ini mencapai level 82 dolar AS per barel sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional membuat mereka segera melepas rupiah dan membeli dolar AS. Padahal pasar saham regional yang dipicu oleh bursa Wall Street membaik, namun pelaku pasar tidak berani berspekulasi membeli rupiah, ucapnya. Sementara itu yen terhadap dolar AS dan euro cenderung stabil, karena pelaku masih menunggu keluarnya data indikator ekonomi AS. Dolar AS terhadap yen mencapai 114,88 dan terhadap euro pada 1.4255.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007