Singapura (ANTARA News) - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan Rabu, di Asia, turun lagi untuk ketiga kalinya dari rekor harga tertinggi yang dicapai pekan lalu. Para pelaku pasar mengatakan, ketakutan pasar atas ketegangan antara Turki dan pemberontak suku Kurdi di Irak utara, yang memicu kenaikan harga pekan lalu, telah dikesampingkan. Dalam perdagangan Rabu pagi, kontrak minyak di bursa New York, untuk pengiriman Desember, turun 52 sen menjadi 84,75 dolar per barel, turun lebih dari lima dolar dibandingkan harga tertinggi 90,07 dolar pada Jumat pekan lalu. Harga tersebut juga lebih rendah 75 sen dibandingkan penutupan harga di New York, Selasa kemarin, sebesar 85,27 dolar per barel. Minyak Brent Laut Utara untuk pengiriman Desember, turun 27 sen menjadi 82,58 dolar, turun dari harga tertinggi 84,88 dolar yang dicapai Kamis lalu. Harga minyak di New York pertama kali menembus angka 85 dolar pada 15 Oktober ketika pemerintah Turki meminta persetujuan untuk melakukan serangan militer ke wilayah perbatasan di Irak Utara, yang menjadi basis bagi kelompok separatis Partai Pekerja Kurdi. Namun pada Senin lalu, para pemberontak menawarkan gencatan senjata bersyarat. Tobin Gorey, pakar strategi komoditas dari Commonwealth Bank Australia mengatakan, pada awalnya pasar khawatir harga terus naik sebab adanya ancaman geopolitik baru yang tidak secara cepat dipahami. "Baru beberapa hari ini, orang memperoleh informasi yang lebih baik atas apa yang terjadi," katanya dari Sydney. "Hal itu nampaknya seperti akan ada aksi segera tetapi kini sudah dikesampingkan." Sejumlah analis mengatakan, kekahwatiran atas melambatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga membantu menurunkan harga minyak. Namun Gorey mengatakan bahwa kalaupun pertumbuhan AS melambat, China masih mengalami pertumbuhan tinggi. "Pertumbuhan permintaan minyak global bukan datang dari AS," katanya kepada AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007