Jakarta (ANTARA) - Tokoh lintas agama Indonesia menolak tindakan kekerasan pada jamaah di masjid Selandia Baru yang menewaskan 50 orang karena melukai perasaan kemanusiaan warga sedunia.
"Kami menolak segala bentuk terorisme dan kekerasan," kata Cendekiawan Muslim Komaruddin Hidayat saat membacakan pernyataan tokoh lintas agama di Gedung Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu.
Hadir dalam kesempatan tersebut tokoh agama, ormas keagamaan, ormas kemanusiaan, ormas aliran kepercayaan, figur publik, masyarakat sipil, tokoh lintas negara dan lainnya.
Komaruddin mengatakan pelaku teror ini merancang aksinya sebagai "teater kekerasan". Dengan darah dingin pelaku memberondong jamaah masjid dan menyiarkan secara langsung sadisme itu lewat akun Facebook-nya.
"Tindakan teror ini sengaja ingin diperlihatkan oleh pelakunya sebagai tontotan global. Maksud yang mau dituju oleh pelakunya, yaitu menciptakan ketakutan atau teror massal," kata dia.
Menurut dia, aksi itu juga nampak diniatkan untuk membelah masyarakat dalam dua kubu "kami" versus "mereka". Kami warga asli dan mereka yang merupakan warga asing atau pendatang dengan agama dan tradisi yang berbeda.
"Ideologi ini tumbuh karena maraknya politik kebencian dan demonisasi atas orang lain yang berbeda," kata dia.
Dia mengatakan tokoh lintas agama dan masyarakat sipil mengecam sekeras-kerasnya tindak teror tersebut. Tindakan itu berlawanan dengan doktrin dan ajaran moral dalam semua agama dan kepercayaan.
"Bukan hanya itu. Kami juga percaya, tindakan ini adalah antimanusia. Kami menyatakan kepada umat Islam yang saat ini menjadi sasaran teror di Selandia Baru itu, bahwa kami bersama kalian untuk menolak segala bentuk kekerasan," kata dia.
"Kami tahu benar bahwa asas pokok ajaran semua agama adalah perdamaian, kasih-sayang sesama umat manusia, serta saling memahami dan mengenal antara semua golongan," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019