New York (ANTARA News) - Dolar AS diperdagangkan sebagian besar melemah, Selasa, karena para pedagang uang mempertimbangkan prospek ekonomi AS dan kemungkinan penurunan suku bunga baru dalam hari-hari mendatang. Sebagian besar para ekonom memperkirakan Federal Reserve memangkas biaya pinjaman pada Rabu depan. Para pedagang mengatakan sebuah potensi perubahan mungkin akan menekan dolar yang sudah jatuh di atas 12 persen terhadap euro dalam setahun lalu. Pada pukul 2100 GMT, euro dipindahtangankan pada 1,4261 dolar, naik dari 1,4183 dolar akhir Senin. Euro melesat ke rekor tertinggi 1,4347 dolar sehari terdahulu. Sementara terhadap mata uang Jepang, dolar mendapat beberapa momentum naik menjadi 114,79 yen dari 114,52 yen pada Senin. Meski, pasar-pasar saham AS memperoleh penguatan pada Selasa, para pedagang mengatakan apa yang bagus untuk saham belum tentu bermanfaat terhadap dolar, sehubungan dengan ekspektasi penurunan suku bunga. "Kenaikan pasar saham telah mendorong kembalinya risiko selera, dengan meningkatnya euro dan mata uang dengan imbal hasil tinggi lainnya," kata Antje Praefcke, seorang analis valas pada Commerzbank Corporates and Markets, kepada AFP. "Sebuah kunci dalam hari-hari dan pekan-pekan mendatang akan menjadi penilaian dari fundamental ekonomi Amerika Serikat," kata Nobuaki Tani, seorang dealer pada Resona Bank. Para pedagang mengamati kinerja ekonomi AS untuk melihat jika penurinan perumahan menghambat pertumbuhan. Penurunan suku bunga akan melemahkan dolar karena para investor mata uang secara umum akan mengalihkan inverstasinya ke negara-negara dengan tingkat suku bunga tinggi atau berprospek naik bukan turun. Sebab, mereka akan memperoleh imbal hasil lebih baik dalam investasi mereka. "Para investor cemas tentang ukuran dari kemungkinan penurunan suku bungan the Fed yang dapat mencapai 50 basis poin," kata Ryohei Muramatsu, manajer dari Commerzbank`s Group Treasury Asia. Ekspektasi penurunan suku bunga memuncak setelah the Fed menurunkan tingkat suku bunga jangka pendek federal funds setengah persentase poin menjadi 4,75 persen pada 18 September menyusul sebuha penurunan di pasar saham global pada Agustus. Pasar-pasar jatuh di tengah sebuah "credit crunch" AS yang dipicu oleh kekhawatiran tentang pasar mortgage negara itum meski pasar saham AS telah pulih dari penurunan beberapa waktu lalu. Sementara Menteri Keuangan AS Henry Paulson memperingatkan China untuk membuat mata uangnya sepenuhnya tergantung pasar sebagai bagian dari reformasi untuk membantu kekuatann Asia tersebut menerima pertumbuhan yang berkesinambungan. Paulson mengatakan pertumbuhan pesat China akan menghadapi ketidaksinambungan tanpa reformasi utama untuk membuat basis ekonomi lebih berorientasi pasar. "Tanpa kebijakan dan implementasi kuat, kinerja ekonomi China akan menjadi tidak berkesinambungan," kata dia. China pada 2005 mengakhiri pematokan tetap mata uang yuannya terhadap dolar dengan menerapkan kebijakan uang mengambang dalam kisaran tipis. Masih banyak grup perdagangan dan politisi di AS, dan Eropa meminta China melakukan perubahan dengan cepat. Dalam perdagangan terakhir di New York, dolar berada pada 1,1728 franc Swiss, turun dari 1,1772 franc pada Senin. Sedangkan pound naik menjadi 2,0508 dolar dari 2,0326 dolar. (*)
Copyright © ANTARA 2007