Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Rabu pagi menguat setelah dua hari lalu melemah, dipicu oleh membaiknya pasar saham regional menyusul menguatnya bursa Wall Street. Nilai tukar rupiah menguat menjadi Rp9.122/9.127 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.136/9.142 per dolar AS atau naik 14 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan rupiah pada posisi Rp9.100 per dolar AS dinilai masih wajar. Kalau hanya turun 50 poin akibat gejolak keuangan global tidak masalah. Namun Bank Indonesia (BI) harus tetap mewaspadai gejolak tersebut yang suatu saat akan memberikan tekanan yang lebih besar, katanya. Menurut dia, rupiah pada kisaran antara Rp9.130 sampai Rp9.150 per dolar AS masih cukup baik, karena hampir semua mata uang dunia juga terkena dampaknya. Gejolak keuangan global memang sulit diatasi, pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa hanya menunggu perkembangan lebih lanjut, katanya. Membaiknya pasar saham regional yang dipicu oleh bursa Wall Street mendorong pelaku pasar berspekulasi membeli rupiah setelah beberapa hari lalu terpuruk dan kekhawatiran terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. Kasus gagal bayar kredit sektor perumahan di AS merupakan faktor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi AS makin melambat yang didukung dengan ketatnya pemberian kredit oleh bank, katanya. Kondisi ini, lanjut Edwin Sinaga diperparah dengan menguatnya harga minyak dunia yang diperkirakan dapat mencapai 100 dolar AS per barel. Saat ini harga minyak sudah mencapai di atas angka 82 dolar AS per barel. Namun yen terhadap dolar AS dan euro cenderung stabil, karena pelaku menunggu keluarnya data indikator ekonomi AS. Dolar AS terhadap yen mencapai 114,88 dan terhadap euro pada 1.4255. Rupiah, menurut dia, pada sore nanti masih bisa menguat, melihat pelaku pasar semakin aktif berspekulasi membeli mata uang lokal itu. Meski demikian kenaikan rupiah tidak besar, karena pelaku masih mengkhawatirkan kasus keuangan global yang suatu saat bisa saja kembali bergejollak, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007