Srinagar (ANTARA) - Aksi-aksi unjuk rasa pecah di sejumlah bagian Kashmir yang dikuasai India pada Selasa, setelah polisi mengatakan seorang pria yang sedang diinterogasi terkait dengan penyelidikan keamanan meninggal dalam tahanan.
Protes tersebut merupakan gangguan-gangguan terbaru di salah satu kawasan yang dijaga paling ketat oleh militer di dunia.
Pria itu bernama Rizwan Asad Pandit, lulusan perguruan tinggi yang menekuni kimia dan mengajar di sekolah swasta, menurut keluarganya, telah ditahan sebagai bagian dari "investigasi kasus teror", kata seorang juru bicara polisi.
Menurut jubir itu, sebab-sebab kematiannya sedang diselidiki.
Zulkarnain Asad Pandit, saudara Rizwan, ragu bahwa investigasi akan mengungkap kebenaran.
"Kami menginginkan investigasi atas perkara itu tetapi kami tidak tahu apa-apa yang akan terjadi," katanya kepada Reuters. "Kami semua melihat investigasi-investigasi selama 20 tahun terakhir."
Para pemrotes melempar batu-batu ke arah polisi di beberapa bagian kawasan yang mayoritas berpenduduk Muslim setelah kabar mengenai kematian Rizwan. Toko-toko tutup di beberapa bagian kota utama Srinagar. Polisi menanggapi aksi-aksi itu dengan menembakkan gas air mata.
Ketegangan antara India dan Pakistan, dua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir, meningkat setelah serangan bom bunuh diri dengan menggunakan mobil yang menewaskan sedikitnya 40 polisi paramiliter India pada 14 Februari. India dan Pakistan mengklaim Kashmir sebagai wilayah mereka tetapi memerintahnya masing-masing sebagian.
Satu kelompok militan yang berkedudukan di Pakistan mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pakistan membantah keterlibatan tetapi India yang sudah lama menuding negara tetangganya itu mendukung para militan separatis memerangi pasukan keamanan di bagiannya di Kashmir.
India dan Pakistan sudah berperang tiga kali sejak tahun 1947, dua kali menyangkut wilayah Himalaya, yang terbagi itu.
Rizwan berasal dari keluarga yang mempunyai hubungan dengan Jamaat-e-Islami (JeI), kelompok politik yang menginginkan kemerdekaan Kashmir dari India. kata Zulkarnain.
Pemerintah India baru-baru ini melarang kelompok itu yang menuduhnya memiliki hubungan dengan organisasi-organisasi militan.
Pasukan keamanan telah menangkap ratusan anggota Jel sejak serangan bom 14 Februari. Kelompok tersebut membantah terkait dengan para militan.
"Dia sama sekali tak bersalah dan tak punya afiliasi dengan organisasi militan," kata Zulkarnain.
Beberapa tokoh politik terkemuka di Kashmir mengutuk kematian pria tersebut.
"Hukuman harus dijatuhkan kepada para pembunuh anak muda ini," cuit Omar Abdullah, mantan menteri besar negara itu di Twitter.
Sumber: Reuters
Baca juga: Pakistan akan ajukan keluhan kepada PBB terhadap India atas pengeboman hutan
Baca juga: PM: Pakistan akan balas kalau India menyerang
Baca juga: 2018 paling mematikan buat warga Jammu-Kashmir dalam satu dasawarsa
Penerjemah: Mohamad Anthoni
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019