Di beberapa negara lain, kita bisa lihat bekerja di bidang pertanian itu bagus, nyaman dan menarik. Berbeda dengan di Tanah Air, yang mana regenerasi di bidang pertanian agak macet
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Ali Ghufron Mukti mengatakan perlu adanya pertukaran pengetahuan di bidang pertanian.
"Di beberapa negara lain, kita bisa lihat bekerja di bidang pertanian itu bagus, nyaman dan menarik. Berbeda dengan di Tanah Air, yang mana regenerasi di bidang pertanian agak macet. Untuk itu perlu adanya pertukaran pengetahuan dengan negara lain," katanya dalam seminar ketahanan pangan di Jakarta, Senin.
Untuk itu, kata dia, perlu adanya pendampingan terhadap petani, transfer teknologi dan ilmu dari perguruan tinggi di luar, lalu bisa memroduksi produk pertanian yang sangat bervariasi dengan jumlah dan kualitas menarik serta sehat.
Direktur mitra program doktoral Universitas Notthingham, Inggris, Bagus P Muljadi, mengatakan yang paling penting adalah pertukaran pengetahuan.
"Selain universitas yang bagus, pertukaran pengetahun itu juga penting. Untuk itu kita bahwa ahli ketahanan pangan dari Universitas Notthingham, Inggris," kata Bagus.
Ia mengatakan yang dibawa dari Inggris tersebut adalah pengetahuan tentang produksi pangan dari hulu ke hilir.
Bagus membawa ahli pengelohan pangan, Serafim Bakalis.
Ia yakin dengan pertukaran pengetahuan ini, maka perlahan-lahan budaya Iptek pangan akan terbentuk di Tanah Air.
Ahli pengolahan pangan dari Universitas Nottingham, Serafim Bakalis, mengatakan Indonesia memiliki peran besar dalam ketahanan pangan, karena kaya akan keanekaragaman hayati.
Meski demikian, Bakalis mengingatkan bahwa yang diperhatikan tidak hanya ketahanan pangan tetapi juga kelangsungan pangan tersebut.
Baca juga: Regenerasi bidang pertanian agak macet, kata Dirjen SDID Kemenristekdikti
Baca juga: Ekonom: infrastruktur pertanian jangan terkonsentrasi di Jawa
Pewarta: Indriani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019