Yogyakarta (ANTARA News) - Seorang pengamat ekonomi di Yogyakarta menilai naiknya harga minyak dunia akan menjadi embrio krisis ekonomi yang cukup besar di berbagai negara, termasuk Indonesia.
"Jika kenaikan harga minyak dunia tidak bisa ditahan lagi, akan meruntuhkan sektor industri. Runtuhnya sektor industri otomatis akan merembet pada sektor finansial sebagaimana yang kini mulai dialami sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat (AS)," kata Ahmad Ma`ruf dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Selasa.
Bagi AS mungkin risikonya tidak terlalu besar, tetapi bagi negara-negara Asia, terutama Indonesia, akan sangat dirasakan bagi pertumbuhan perekonomian nasional.
"Indonesia perlu mewaspadai dampak kenaikan harga minyak dunia itu, jangan diabaikan, karena perubahan harga minyak dampaknya luar biasa di sektor industri dan finansial," katanya.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak dunia adalah dengan hemat energi, bangsa Indonesia harus memiliki komitmen tinggi untuk hemat energi.
"Namun persoalan ini memang tidak bisa dipaksakan, negara tidak punya kekuatan untuk memaksa warga agar hemat energi," katanya.
Menurut Ma`ruf, krisis ekonomi akibat naiknya harga minyak dunia di pasar internasional jika tidak bisa dibendung juga akan merambah ranah politik.
"Kalau sudah merambah ranah politik, itu berarti terjadi krisis yang benar-benar berat," kata dia.
Harus ada upaya mencegah politisasi kenaikan harga minyak dunia, apalagi Indonesia merupakan negara yang rentan dengan gejolak ekonomi dan politik. Berbeda dengan negara lain, seperti Singapura dan Malaysia, yang dari sisi finansial cukup kuat.
"Misalnya, jika naiknya harga minyak dunia mempengaruhi APBN, maka pemerintah menghadapi situasi dilematis pada 2008 untuk menaikkan gaji pegawai negeri sipil (PNS)," katanya.
Kalau pemerintah tetap menaikkan gaji PNS, maka akan terjadi krisis pada APBN, tetapi kalau tidak akan menjadi masalah politik, dan akan dipolitisasi.
"Karena itu, pemerintah harus mengantisipasi agar kondisi ekonomi saat ini bisa diatasi tanpa harus merambah ranah politik," kata Ma`ruf. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007