Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia di Asia, Selasa, turun lagi di tengah kekhawatiran atas melambatnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat (AS) yang membayangi pasar, kata para pelaku pasar minyak.
Kontrak minyak dalam perdagangan di bursa New York, untuk pengiriman Desember turun 26 sen menjadi 85,76 dolar per barel.
Kontrak untuk November di bursa New York pada penutupan perdagangan Senin malam, turun 1,04 dolar menjadi 87,56 dolar dibandingkan hari sebelumnya. Harga minyak sempat menyentuh tingkat tertinggi 90,07 dolar pada Jumat pekan lalu.
Analis investasi CFC Seymour, Dariusz Kowalczyk di Hongkong mengatakan, "ada bias besar untuk transaksi hari ini untuk kontrak periode transisi November ke kontrak Desember yang lebih murah. Kontrak minyak dengan jarak yang lebih jauh selalu memberikan harga lebih murah.
Minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Desember turun 32 sen menjadi 82,95 dolar per barel.
Di perdagangan London, Senin, kontrak turun 52 sen menjadi 83,27 dolar per barel, turun lebih satu dolar dari puncak rekor harga 84,88 dolar pada Kamis pekan lalu.
Kekhawatiran atas penurunan pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor khususnya setelah peringatan pada akhir pekan dari para menteri keuangan dan bank-bank sentral Kelompok Tujuh negara industri, ujar Kowalczyk, seperti dilansir AFP.
Mereka mengemukakan gejolak pasar keuangan akhir-akhir ini, tingginya harga minyak, dan melemahnya sektor perumahan di AS akan memberikan pertumbuhan yang moderat.
Namun Kowalczyk mengatakan, "Saya pikir pertumbuhan tidak akan melemah begitu besar."
Momentum tambahan penurunan harga datang setelah pemeberontak Kurdi menawarkan gencatan senjata kepada Turki, Senin.
Tawaran itu dengan syarat bahwa militer Turki harus menarik rencananya melakukan penyusupan ke perbatasan Irak, yang menjadi basis pemebrontak Kurdi, dan mengakhiri serangan ke kelompok separatis.
Harga minyak meroket pada pekan lalu, ketika ketegangan meningkat di sepanjang perbatasan Turki dan wilayah utara Irak yang memproduksi minyak.
Pejabat Menteri Perminyakan Irak, Mohammad al-Olaim Senin, mengatakan bahwa dirinya memperkirakan harga minyak turun sebagai hasil dari meningkatnya produksi minyak Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) yang berlaku efektif 1 November 2007.
Namun para analis Pusat Studi Energi Global yang berbasis di London mengatakan bahwa rencana OPEC menaikkan produksi 500 ribu barel per hari "teralu kecil, terlambat untuk membawa harga turun pada musim dingin ini." (*)
Copyright © ANTARA 2007