Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah Selasa melemah menyusul langkah pelaku pasar, khususnya asing, untuk mulai mengurangi kegiatan mereka akibat munculnya kekhawatiran krisis keuangan global akan berdampak terhadap negara-negara berkembang.
Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.133/9.138 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.117/9.125 per dolar AS.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan kekhawatiran atas krisis keuangan global mengakibatkan pelaku pasar cenderung melepas rupiah.
Rupiah diperkirakan akan berlanjut melemah, karena tekanan negatif global sangat kuat, ujarnya.
Meski demikian, lanjut dia, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan melakukan intervensi pasar apabila gejolak rupiah yang melemah berlanjut jauh di atas level Rp9.100 per dolar AS.
BI untuk sementara hanya memantau pengaruh dari gejolak krisis keuangan global dan pada saat tertentu akan masuk pasar untuk menahan tekanan negatif pasar tersebut, katanya.
Rupiah, menurut dia, juga tertekan oleh menguatnya dolar AS di pasar regional, karena investor melakukan penyesuaian posisi.
Dolar AS terhadap yen mencapai 114,35 yen dan terhadap euro stabil pada 1,4180.
"Kami memperkirakan rupiah akan tetap tertekan, apalagi di pasar internal belum ada faktor pendukung yang memberikan insentif baru," katanya.
Ia mengatakan, kekhawatiran terhadap menguatnya harga minyak mentah dunia membuat pelaku pasar cenderung melepas rupiah, mereka lebih cenderung memegang dolar AS, meski pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan makin melambat.
Kondisi ini mengakibatkan investor asing mulai khawatir menempatkan dananya di pasar regional, sehingga pasar saham dan pasar uang mengalami koreksi harga, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007