Sleman (ANTARA) - Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, optimistis pada 2019 mampu surplus produksi beras meskipun ada revisi luas lahan pertanian yang menunjukkan penyusutan luas lahan.
"Lahan baku sawah di Sleman ada revisi, saat ini lahan baku sawah berada pada angka 18.100-an hektare. Revisi luas lahan baku sawah ini tentunya juga akan berpengaruh terhadap jumlah produksi beras," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman, Rofiq Andriyanto di Sleman, Senin.
Menurut dia, meskipin ada revisi luas lahan baku sawah namun pihaknya tetap optimistis produksi beras akan surplus. Walaupun angkanya tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya.
"Produksi tahun ini, kami mentargetkan surplus beras sebesar 80 ribu ton. Memang turun separuh dari tahun 2017 yang bisa surplus 150 ribu ton. Penurunan selain dari revisi luas lahan baku sawah juga karena setiap tahun terancam 100 hektare lahan hilang," katanya.
Ia mengatakan meski terjadi penurunan angka surplus, namun kebutuhan beras di Sleman akan tetap aman.
"Walaupun luasan lahan ada penurunan, namun produksi stabil. Setidaknya, 20 tahun ke depan persediaan beras masih aman," katanya.
Rofiq mengatakan untuk bisa menjaga produksi beras, pihaknya juga mulai mengaktifkan kembali lahan tidur di Sleman
"Kami upayakan untuk menambah luas tambah tanam, Maret kami targetkan lahan tanam bisa mencapai 2.610 hektare," katanya.
Ia mengatakan saat ini luas lahan untuk tanam baru mencapai 1.016 hektare sehingga ditargetkan dapat menambah lagi 80 hektare luas tambah tanam dari seluruh sawah di Sleman.
"Lahan tidur kami upayakan agar digarap. Salah satu lahan yang ditargetkan untuk bisa digarap adalah di Kecamatan Moyudan. Kami mentargetkan bisa menambah 50 hektare lagi dari menggarap kembali lahan tidur," katanya.
Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019